29 September 2006

Nostalgia "Base Camp" Mahitala Unpar di Ciumbuleuit 94 Bandung

Rekan rekan Mahitala sekalian,

Ha ha ha Audy emang kreatif dan bisa membuat orang penasaran, begitu lihat foto Satelit Sekretariat Mahitala dari udara, saya langsung "klick" ke saat terakhir kali saya berkunjung ke Sekretariat M, dalam rangka penyambutan Anggota Muda Mahitala dan Pelepasan Anggota Lama yang baru di wisuda saat itu, sekitar awal April 2006 lalu.

Kami waktu itu bersama sama bergembira, ngobrol, makan ayam bakar, jagung bakar...dll sambil saling "curhat" dan sharing sampai lewat tengah malam.
He he kangen kita kalau ingat waktu itu, meskipun waktu itu tak banyak anggota biasa maupun anggota lama yang dapat hadir, tapi lumayan lah...bisa kumpul di sekitar api unggun, di halaman dekat pohon.

Saat itu emang ada perbedaan antara Sekretariat jaman dulu di Aceh 53 dengan sekretariat yang sekarang di Ciumbuleuit 94, tapi "warna&aroma nya" tetap sama ha ha ha juga kelakuan anggota nya. Setuju yach seperti kata Audy,...gitu-gitu Sekretariat telah melahirkan banyak macam "begundal" dan tukang bikin "onar" yang selalu kreatif, tak pernah mati dan lekang baik ide maupun semangat nya. Karena itu semboyan "Old soldiers never die" demikian "melegenda".

Okeh, semoga segera kita dapat berkumpul kembali dalam suasana santai, di mana saja : ...beralaskan rumput, beratapkan langit yang bertabur bintang,berselimutkan embun, dengan symfoni serangga malam dan aroma tanah basah...agh....ah...



Salam Mahitala,



Budi Hartono Purnomo (BHP)
M-78188 AS

Seker M dari satelit

All M...
Apa jadinya bila Seker MAHITALA dilihat melalui satelit?
Hasilnya mungkin akan seperti gambar di atas melalui perbesaran sekian kalinya (maaf blog ini hanya mengijinkan upload foto max 50 kb...sedangkan gambar di atas 48 kb)

Foto ini diambil dengan menggunakan Google Earth. Tapi memang fotonya kalau saya kira-kira diambil pada tahun 2004 (jadi sudah tidak update lagi)..Gambar di atas terlihat jelas gedung rektorat, gedung 9 (FE), dan gedung-gedung fakultas lainnya.

Untuk ukuran universitas ternama...Unpar hanya memiliki lahan sekecil itu. Tapi saya tetap bangga...dari lahan sekecil itu dapat melahirkan "begundal-begundal" jempolan seperti kita.

Buat para old soldiers yang tidak dapat mengunjungi "markas"...semoga foto ini dapat mengobati rasa kangen anda dan membuka kembali memori-memori yang tersimpan dalam pikiran anda, dan anda pun dapat me-review kembali pada coretan-coretan tangan...silahkan langsung upload ke blog ini. Kami semua akan sangat senang tentunya membaca, melihat karya-karya yang akan kami jadikan teladan dan pelajaran yang berharga...

UNTUK MAHITALA,
Move Forward....!!!!


BSTRGDS,
audy tanhati
(M 2000511 ATSA)

28 September 2006

Uji coba EBC ke G.Gede - Pangrango, 14 Oktober 2006

Rekan rekan Mahitala,

Malam ini malam kedua saya mengunjungi "blogger" Mahitala, di sana sdh menunggu Audy dengan pesan untuk tetap semangat dan George yang sdh mulai menulis seputar perjalanan nya ke G.Arjuno minggu lalu, menarik laporan nya.

Ada rencana sekitar tgl 14 Oktober 2006, kita akan mengadakan pendakian ke G.Gede dan G.Pangrango dalam rangka uji coba EBC, tapi sesungguh nya untuk reuni kecil2 an dan mendaki gunung bersama, mengingat banyak rekan yang sdh lama tdk naik gunung. Nah kesempatan yang baik ini jangan di sia-sia kan, kami akan senang kalau banyak Anggota Biasa dan Muda yang mau bergabung. Nah untuk pendaftaran bisa hubungi Kang Sani. Yuk kita partisipasi dan ngumpul bersama di hangat dan harum nya Lembah Suryakencana atau anggun nya Lembah Mandalawangi....

Buat rekan lain nya, yang punya ceritera perjalanan dapat di tuangkan dalam "blogger" Mahitala ini, sehingga semakin semarak dan ramai.

Ok, sekian dulu dan tetap semangat.
Terima kasih kepada Audy yang hari ini sdh posting lagi Cerita Perjalanan ke G. Kinabalu seri 2
(tamat) dan sampai jumpa pada lain kesempatan.



Salam Mahitala.



Budi Hartono Purnomo (BHP)
M-78188 AS

Cerita Perjalanan Gunung Arjuna (Try Out George ke Everest Base Camp)

Baru balik dari Arjuna minggu malem kemarin....
spt biasa gue bareng 3 temen proyek (yang elo ketemu di Gede....)
jadi enjoy the trip aja...setahun ini mereka dah gue ajak ke Gede, Ijen,
Raung, Argopura, dll.
bahkan mbesuk Bowo dan Sancoz di Bremi-Baderan sampai dua kali =))
bagus lah mereka jadi pecinta alam ... terutama kagum dg Mahitala life style
*__*
Sempet pesimis naik karena bbrp hari sebelumnya lereng selatan masih
terbakar...
But Jumat sore nekad berangkat dari Surabaya...
karena mereka akan moved to C4 Denpasar hari ini...
Tertahan di Porong karena ternyata warga pada camping di toll road,
jadi muter via mojosari menuju tretes.... lapor di PHPA (open 24 hr)...
trus naik 10pm and camp 1am di Kopkopan.

Sabtu pagi 7am naik lagi sampai 11am di Pondokan...
sempat ketiduran sampai 1pm nunggu 2 temen yg slow but sure....
then belok kiri masuk lembah kidang....menelusur i 30 menit....
barulah tampak puncak Arjuna yg bikin keder kita semua....
di depan lembah wall sampai puncak....
lintasan ridge dari kiri aja kemiringan 45derajat...
sedang kita musti naik melalui punggungan kanan...
Trus coba summit attack.... udah kepisah 2 grup....
syukur pas sunset gue bedua sampai...
sayang 2 lagi stop karena kehabisan waktu....
Pemandangan di atas TOP banget....
Di seberang kita... lintasan G. Kembar (1+2) dan G. Welirang....
kanan lagi G. Penanggungan. .dst

Abis itu buru2 turun...maklum angin kenceng banget...
dan terjal dan berbahaya sekali dalam gelap...
Break dinner on the track....trus ngebut....
syukur banget 1,5 jam dah bisa camp di lembah kidang 10pm..
Besok pagi turun 8am... sampai 30' di Pondokan...
trus lanjut ke kopkopan 10.30am...then sampai 12.30am di bawah.
Beruntung sekali....otw down ternyata lereng timur nampaknya mulai terbakar
=(((

Buat kami Arjuna sangat berkesan banget... baru hari kedua kita lihat
puncaknya =))
dan kalo punya waktu cukup bisa tembus ke G. Welirang via G. Kembar 1+2...
baru turun...
Walopun jalur BC-Kopkopan adalah jalur jeep 4WD
untuk angkut belerang (yang kalo siang panas sekali)
Walopun jalur Kopkopan-Pondokan ada alternatif pendaki (berbatu)
dan penambang belerang (berdebu abis-jalur lori)
tapi....miskin datar.... semua tanjakan.... pada ampun2an....
but semua terbayar sama alam yg indah banget.
Dan gitu di wanti2 abis ... jangan pernah meninggalkan ransel, tenda dll...
buat summit attack seperti di semeru, rinjani, dll...
karena banyak penambang, perambah or bahkan pendaki yg iseng...
bukan cuma mengutil tapi membawa semuanya...
Yowiz..... tenda, trangia, dll semua lengkap dipanggul ke puncak.... argghhh

Yah begitulah sekilas TRY OUT report gue.... lumayan nyam-nyam
buat mbenerin persiapan ke EBC, supaya ndak ngerepotin team =)
Sayang minggu depan dah mulai puasa ya....
or ada yang mo ide try out....

salam,
George M90347ADB

Laporan Perjalanan ke G.Kinabalu (4095,2 M) , Sabah - Malaysia, tgl 3 Agustus - 4 Agustus 2006 (part 2 - END)


Rekan rekan Mahitala,
Kita lanjutkan Laporan Perjalanan ke G.Kinabalu ini, yang mudah2 an masih menarik untuk di ikuti. Kalau di ingat2, dengan persiapan yang 'mepet', terasa bahwa bantuan neng Holly amat sangat berarti, terutama penyediaan semua informasi, baik alamat, telp, 'key-persons' nya, e-mail, biaya dan banyak lagi, sampai pesan2 dan tip2 yang baik untuk di lakukan, neng Holly emang top dah. Juga Kang Sani dengan semangat nya yang mendukung perjalanan ini.

Malam itu, Kamis 3 Agustus 2006, saya berusaha tidur cepat,tapi agak sulit pulas, beberapa kali bangun, kaki, terutama paha agak pegal, entah krn posisi tidur atau krn tertekuk, beberapa kali sempat mau 'kram/ kejang' tapi bisa di atasi dgn ubah posisi dan di bantu dgn gosokan cream 'anti' kejang, tapi lumayan enak setelah kaki di luruskan dgn posisi santai.

Jam 02.00 dini hari Jumat 4 Agustus 2006, saya sdh bangun,siap siap, makan pagi, buat kopi panas untuk siap mendaki jam 03.00, semua pendaki yang bermalam di Gunting Lagadan Hut, secara sporadis mendaki semua dari jam 2.30-3.30, jadi agak ramai, tapi segera setelah mendaki,terpecah jadi rombongan2 kecil karena kecepatan jalan nya yang berbeda beda.Meskipun musim pendakian kali ini termasuk 'tidak-dingin' menurut pendaki lain yang sdh beberapa kali mendaki G.Kinabalu, maupun menurut Matius Munggin sang Mountain Guide, tetap saja rasa dingin serasa menembus tulang, hanya krn berjalan cepat yang dapat mengalahkan hawa dingin tersebut. Medan bertambah terjal, tapi masih ada vegetasi di sana sini di tengah medan batu yang gersang. Kondisi menjelang puncak berbatuan sangat mirip dengan kondisi G.Agung di Bali, yang terakhir saya daki tahun 2004, batu Andesit dan Basalt
hitam, licin, keras, menjulang membentuk dinding terjal yang tampak menyeramkan di malam hari, lengkap dgn bayang bayang nya. Akhir nya jam 04.00 dini hari dgn nafas terengah engah dan uap mengepul dari hidung dan mulut, saya sampai di Sayat-Sayat Gate, km 7, ketinggian 3800 M. Di Pintu pengawasan terakhir ini sekali lagi para pendaki dicheck data-data nya untuk
di cocokkan dgn data pendaki yang sdh dikirim dari Kinabalu Park Office, Kartu pass minta di tunjukkan, di catat jam berapa naik, nama nya, berapa orang jumlah dalam rombongan. Di Lokasi ini ada tempat bermalam dgn nama Sayat-Sayat Hut yang konon harus booking 1 tahun di muka agar bisa menginap di sini (hopo tumon...), ada KM/WC yang bersih, pusat generator untuk supply listrik di sekitarnya. Lepas dari Sayat-Sayat, medan sempurna gundul dan tidak ada tanaman lagi.

Dengan langkah yang agak 'goyah' saya terus mencoba mempertahan kan ritme jalan saya krn takut kram bila berhenti atau kecepatan jalan tdk teratur. Medan semakin berat, lebih terjal dan licin, dimana jurang dalam menganga di kiri kanan jalan. Belum lagi nafas menjadi berat dan sesak karena di ketinggian mendekati 4000 M, udara tipis dan mempengaruhi sistim pernafasan kami. Ada beberapa tempat yang sangat kritis kondisinya, kami harus pindah jalur (traversing) ke kanan sejauh 10 meter, sedangkan pegangan dan injakan kaki nyaris tdk ada, untung nya sdh di pasang tambang ukuran segede 2 inch yang di ikat oleh paku tebing (pyton) berjarak 1 meter an untuk cegah ayunan karena banyak pendaki yang pindah jalur bareng bareng atau kalau ada yang terpeleset untuk kurangi ayunan tambang. Medan medan seperti ini amat menyita energi dan badan terasa capai dan bahu pegal. Untung neng Holly ingatkan untuk bawa sarung tangan, sehingga telapak tangan tidak terkelupas atau luka-luka lain pada punggung tangan, baru sadar kemudian setelah turun dan sampai di Laban Rata, bahwa sarung tangan sdh robek dan banyak terkikis. Jam 05.00 (lagi uber uber an ama waktu neh...), saya masih berkutat di km 8 di ketinggian 3900 M, karena saya sempat sakit perut 'mules' berat tak
terkendali sehingga 'menyimpang' ke suatu ceruk untuk 'buang hajat', agak repot juga musti buka buka 'seragam', belum lagi kena terpaan angina dingin Kinabalu di dini hari,..wah suatu pengalaman yang tidak terlupakan,...ruepot bener dah...

Semakin mendekati ketinggian 4000 M, nafas semakin 'berat' dan terus memburu (gimana nanti ya di Himalaya pada ketinggian nyaris 6000 M atau lewat itu..., ada yang mau nemani saya gak ya nanti coba daki salah satu Puncak di Himalaya dgn ketinggian 6000 M, misal nya ...The Island Peak (Imja Tsey - 6189 M) yang lokasi nya di Solukhumbu - Sagarmatha National Park, klo gaksalah ada di buku dan peta, letak nya di sebelah kanan jalur kita nanti ke Base Camp/ Kumbu Glacier ??? Atau agak ke Utara Pisang Peak (Jong Ri - 6091 M) yang lokasi nya jauh ke Utara di Annapurna Conservation Area, klo ini lbh cocok untuk Ian & Mario yang tinggal lebih lama dan punya waktu banyak. Ini baru rencana, itupun kalau kondisi memungkinkan. ..Mario/Sani, ..dah cari info blon???). Kaya nya Kang Hanto, Ian dan Mario berminat ya...??? Atau yang lain boleh, tapi kudu fisik nya musti prima dan gak main main... Yahnama nya juga baru 'bermimpi'.. .siapa tahu...

Akhir nya saya sampai Puncak G.Kinabalu (disebut juga Low's Peak, ketinggian 4095,2 M) jam 06.00, tepat ketika semburat fajar pertama menyingsing di ufuk timur, wah terharu,sendu dan mengucap syukur krn bisa menikmati karunia dan keagungan Tuhan dengan ciptaan Nya keindahan alam semesta. Dingin di badan, hangat di hati, apalagi beberapa pendaki 'menangis' sesengguk an. Saya menyempatkan mengambil beberapa foto untuk mengabadikan keindahan tersebut, kalau kita melihat kearah lazuardi barat, tampak bayang bayang G.Kinabalu jelas tercetak kokoh di langit biru...indah nya. Tidak lama saya di Puncak, setelah berdoa,merenung dan mengirim sms ke Cak Teddy Ghozali yang selalu monitor perjalanan saya lewat sms, dukungan semangat nya dan pesan agar selalu hati hati dan dapat kembali ke Jakarta 'utuh' sangat mengharukan, mengingatkan penting nya arti persahabatan maka saya langsung 'tancap gas' terus turun gunung kembali ke Gunting Lagadan Hut untuk ambil sisa barang, terus ke Laban Rata untuk makan siang. Perjalanan pulang, turun gunung
lancar dan cepat meskipun lebih berbahaya dgn resiko terjatuh atau terjadi cedera lutut karena benturan yang terus menerus saat turun gunung(nasehat Sani ber ulang ulang selalu terngiang, agar saya tdk cedera lutut seperti Sani , ..kata nya sdh gak 'muda an' lagi he he he ). Embusan angin pagi dan elusan mentari pagi yang hangat mengiringi perjalanan turun saya dari Puncak
Kinabalu. Pemandangan sangat indah dari Puncak di pagi hari, hamparan lembah, jurang, tebing, patahan silih berganti, dengan cepat saya tiba di Gerbang Sayat-Sayat untuk melaporkan kembali nya saya di Sayat-Sayat Gate, setelah di catat jam kembali saya di perbolehkan melanjutkan perjalanan. Administrasi mereka sangat rapi dan disiplin petugas tinggi. Dengan cara ini, maka bila ada Pendaki yang mengalami kecelakaan, tersesat atau hilang
sangat mudah di ketahui dan di deteksi sejak dini. Yah wajar saja, kan Pendaki membayar cukup mahal untuk dapat mendaki ke G.Kinabalu itu. Jadi naik dari Gunting Lagadan ke Puncak sekitar 3 jam an dan turun dari Puncak kembali ke Gunting Lagadan hanya 1 jam 35 menit, lumayan cepat.

Makan siang di Laban Rata setelah pendakian ke Puncak Kinabalu adalah moment yang sangat mengesankan karena nikmat sekali yang diidam idam kan semua pendaki, ketika kelelahan, ngantuk, otot pegal, lapar bercampur jadi satu,
sambil menunggu pesanan makan siang dgn kopi/teh panas manis, mata menerawang jauh ke lembah yang terhampar, melihat muka muka capai pendaki lain yang baru tiba di Laban Rata, ada yang terseok seok dgn beban ransel yang menjepit,... sungguh merupakan kenikmatan tersendiri, terutama mengingat kemarin kami mengalami hal yang sama ketika menghadapi tanjakan G.Kinabalu yang tiada habis nya...senyum pun tanpa terasa muncul di bibir...wong edan yo, tul ??? (gaya Cak Teddy Ghozali...).

Setelah puas ber malas malas an di Laban Rata dgn segala 'kemewahan' nya jam 10.00 saya memutuskan turun ke Timpohon Gate di Kinabalu Park, kalau ingat masih 3300 M - 1700 M = 1600 M dan melewati 7 pos, agak 'engap' juga, padahal sebagian tenaga sdh keluar sejak kemarin, terutama untuk pendakian dini hari tadi ke Puncak dan perjalanan cepat dari Puncak ke Laban Rata, jadi yah agak nyantai saja mau nya. Waktu turun menjadi lebih sadar kalau perjalanan ke G,Kinabalu sangat terjal, banyak tampak turunan yang hampir tegak lurus, melipir tangga kayu/baja dgn ketinggian di atas 10 meter langsung tanpa 'break', jadi untuk turun ekstra hati hati karena badan cenderung 'jatuh terlempar' kebawah, sedangkan waktu naik setahap demi setahap dan sering berhenti sehingga tidak terasa. Dari Laban Rata ke Layang Layang masih tetap terfavorit yang menyandang predikat rute 'pembunuh'. Telapak kaki saya terutama ujung ibu jari, mulai sakit karena jari jari kaki terdorong ke ujung sepatu dan kerap sebagai tahanan agar tubuh tidak terus meluncur,sementara pinggang mulai pegal, juga otot paha bawah karena menahan beban badan waktu turunan. Pos demi Pos dapat di lalui dgn lancar,meskipun kelelahan lebih sering menerpa dan menghela nafas dalam untuk menetralisir nya, sehingga jam 14.00, setelah 4 jam dari Laban Rata saya sdh melapor di Timpohon Gate sebagai tanda penyelesaian pendakian G.Kinabalu, mobil yang saya charter sdh menunggu di Timpohon Gate, yang membawa ke Kinabalu Park Office, ambil barang yang di titip di locker, ambil sertifikat, beri tip Matius Munggin, terus langsung naik mobil ke Kota Kinabalu.

Jam 16.00 tiba di Kota Kinabalu (lumayan, bisa curi tidur sebentar di mobil), langsung di antar ke Hotel Jesselton di 'down town', check in, rendam badan dan kaki di bath tube dgn air panas sejam, sore keluar hotel, cari makanan,..ini yang nikmat cari nasi, sayur, sup dan daging semur....weleh weleh nikmat sekali. Malam masih sempat putar Kota Kinabalu sampai jam 22.00, dan tidur.

Sabtu 5 Agustus jam 7.30 sudah di Bandara Kota Kinabalu untuk transit ke Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, dan jam 12.30 terbang ke Jakarta dengan Royal Brunei Airlines , yang tiba di Bandara Soekarno Hatta jam 14.00. Welcome Home.....and back to normal activities.. ..oh dear...!!!


Secara keseluruhan perjalanan ini mengasyikkan dan unik. Malaysia mampu mengemas alam yang di punyai nya dgn apik yang pada akhir nya dapat menghasilkan uang (devisa) masuk dalam jumlah besar. Setiap hari tidak kurang dari 300 pendaki yang naik ke G.Kinabalu, tetapi karena pengaturan yang rapi, tidak terasa penuh, sepanjang jalan masih terasa saya mendaki
gunung hanya berdua dgn Matius Munggin, sesekali bersua dgn pendaki yang turun, atau menyalip dan di salip pendaki lain. Hari hari libur lebih banyak lagi. Minat orang asing (bule) sangat tinngi untuk mendaki G.Kinabalu, karena penanganan yang sangat baik dari National Park Management nya, publikasi yang gencar, keamanan, kemudahan, kenyamanan, ada Hut, restoran,semua serba wah...tentu saja kita membayar cukup mahal.

Saya yakin kalau di Indo ada yang berani memulai, seperti di awali dgn G.Gede di Jawa, G.Agung di Bali, G.Rinjani di Lombok, G.Kelimutu di Flores, pasti akan banyak pengunjung, karena gunung gunung itu punya daya tarik dan keindahan 'lebih dahsyat' dari G.Kinabalu, dan punya potensi nilai jual yang lebih tinggi dari G,Kinabalu di Sabah Malaysia,... nah masalah lain nya adalah masalah keamanan dan kestabilan politik, sosial yang menjadi kunci utama....Siapa yang berani memulai....Siapa yang berani menggarap suatu Taman Nasional atau Resorts untuk menjadi tambang uang yang menggiurkan di masa depan....bukan hanya sekedar bisnis, tetapi lebih terhadap kecintaan akan alam semesta ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa....setelah ini, maka duit akan datang dgn sendiri nya.



Salam Mahitala,



Budi Hartono Purnomo (BHP)
M-78188 AS

TETAP SEMANGAT


Untuk teman-teman yang dengan kerja keras bercucuran keringat tengah berjuang walau deadline semakin sempit, dosen pembimbing semakin sulit untuk dimengerti, TU semakin sulit untuk diajak bekerja sama, kurikulum semakin mencekik leher, ipk belum sesuai target, waktu kuliah semakin diujung tanduk, topik makin kabur, mentok sana dan sini, bahan semakin sulit di cari, rasa malas yang kian menghadang, mahalnya biaya fotokopi, mesti pinjem komputer sana-sini,mata kuliah pengawasan mutu masih banyak, dan hambatan-hambatan lainnya...


Kami akan terus berdoa dan memberi semangat...



Raih impianmu...
Kejar anganmu...
Buat bangga orang tua dan teman-temanmu...

T E T A P S E M A N G A T...


Nb : Untuk sahabat-sahabat yang tengah berjuang dalam menghadapi tugas akhir...



BSTRGDS,
audy tanhati

(M 2000511 ATSA)

makasih u/ www.tunascendikia.org atas fotonya

27 September 2006

Selamat Datang "New Blogger-Mahitala" tercinta

Rekan rekan Mahitala sekalian,

Wah senang sekali Mahitala sdh mempunyai 'blogger' sendiri yang sangat indah komposisi warna nya. Sehingga akan membuat para anggota nya lebih rajin menulis dan lebih aktif berkreasi. Menulis adalah pekerjaan luhur yang mampu meningkatkan daya pikir, analisa dan membagikan pengalaman kepada rekan rekan lainnya. Nah selamat mencoba, dan terus menulis.

Kami mewakili segenap anggota Mahitala mengucapkan terima kasih, penghargaan dan salut kepada Audy Tanhaty yang telah mau meluangkan waktu dan berkreasi bebas sehingga melahirkan 'blogger' Mahitala tercinta ini. Sekali lagi Audy, thanks ya, mari terus berkreasi...

Seri 2 Kisah perjalanan ke G.Kinabalu (4095,2 M) di Sabah-Malaysia besok akan saya rilis di milis umum Mahitala, minta tolong Audy masukkan ke 'blogger' Mahitala dengan beberapa foto lagi agar tampak lebih hidup.

Sekian dulu ya, sampai nanti jumpa di artikel selanjut nya, karena tgl 16 September 2006 yang lalu saya dgn 4 rekan kerja dari Eropa sempat melakukan Penyelaman "Diving" di Nusa Penida - Bali, hari itu kami sempat melakukan 3 dive (1 dive di Manta Point, 2 dive di Crystal Bay).
Cuaca cerah, tapi ombak (swell) cukup besar, arus kuat dan di kedalaman 15-20 meter sering kena arus dingin yang di perkirakan sekitar 18 derajat C yang merupakan arus bawah yang dingin dari benua Australia, sempat membuat kami gemetar di bawah sana. Seru lho cerita nya.

Ha ha kalau sudah menulis suka lupa berhenti.....


Selamat malam dan salam Mahitala.



Budi Hartono Purnomo (BHP)
M-78188 AS

26 September 2006

HARI INI (poem by Vinsen)




Hari ini

Aku akan memulainya dengan ucapan syukur dan senyuman bukan kritikan
Akan kuhargai setiap detik, menit, dan jam, karena tak sedetikpun dapat ditarik kembali

Hari ini tidak akan kusia-siakan, seperti waktu yang terbuang percuma
Hari ini takkan kuisi dengan kecemasan tentang apa yang akan terjadi esok

Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi
Hari ini aku akan belajar lagi, untuk merubah diri sendiri

Hari ini akan kuisi dengan karya
Kutinggalkan angan-angan, yang selalu mengatakan :
"Aku melakukan sesuatu jika keadaan berubah."

Jikalau keadaan tetap sama saja,
dengan kemurahan-Nya aku tetap akan sukses dengan apa yang ada padaku

Hari ini aku akan berhenti berkata :
"Aku tidak punya waktu."
Karena aku tahu, aku tidak pernah mempunyai waktu untuk apapun.
Jika aku ingin memiliki waktu, aku harus meluangkannya.

Hari ini akan kulalui seolah hari terakhirku.
Akan kulakukan yang terbaik dan tidak akan ditunda sampai esok.
Karena hari esok belum tentu ada.

(Vinsensius Suryadinata)

25 September 2006

Laporan Perjalanan ke G. Kinabalu (4095.2 M), Sabah - Malaysia, t gl 3 dan 4 Agustus 2006 (Part 1)


Rekan -rekan semua, sungguh beruntung saya bisa melakukan perjalanan ke Sabah Malaysia, dengan Kota Kinabalu (KK) sebagai ibu kota nya dan menyempatkan mendaki G.Kinabalu (4095,2 M), pada hari Kamis 3 Agustus dan Jumat 4 Agustus 2006. Negeri ini indah, teratur, bersih dan rasa kekeluargaan nya kental, tak terdengar derak kerusuhan, bentrokan antar etnis, kecuali kejahatan kecil yang di lakukan para pendatang karena himpitan ekonomi di negeri rantau, yang terjadi sporadis di beberapa sudut kota, secara keseluruhan situasi kota aman dan tenang.

Agak getir juga kalau mengingat kondisi sosial di tanah air yang masih sarat dengan intimidasi dan bentrokan berdarah dengan macam macam latar belakang dan alasan (semalam jadi juga eksekusi mati Fabianus Tibo cs). Padahal Sabah yang di juluki " Land below the wind" ini cukup jauh terpisah dengan Negara induk nya yang terletak di Semenanjung Malaka, berjarak 2 jam penerbangan. Orang Malaysia "pintar" menjual Negara nya dan diri nya sendiri dan tak bosan selalu mengatakan yang terbesar atau ternama, misal nya terbesar di RT VII/RW 07 (sekedar contoh saja), yang pasti mereka bangga dgn bangsa dan Negara nya, ini salah satu yang pantas di tiru.

Sepintas Sabah 'lebih-maju' di bandingkan dengan 'saudara-saudara' nya yang lain yang juga terletak di wilayah Borneo(Kalimantan) itu. Banyak aturan dibuat dan di taati untuk melindungi kelangsungan adat budaya setempat dan konservasi alam dan hutan lindung nya, sehingga mampu di jual kepada para turis mancanegara dengan harga yang tinggi.

Perjalanan ini di rencanakan agak mepet, merupakan 'perpanjangan' dari kunjungan kerja ke Bandar Seri Begawan, Brunei Darusalam yang kami lakukan dari tgl 29 Juli - 3 Agustus 2006, kemudian tgl 3 Agustus 2006 jam 21.30, saya terbang dari Bandar Seri Begawan ke Kota Kinabalu selama 30 menit. Dari Kota Kinabalu naik mobil selama 2 jam menuju Kinabalu Park, untuk bermalam di Hill Lodge (RM 135 ; 1 RM = Rp 2500) yang di kelola oleh Sutera Sanctuary
Lodges, salah satu operator hotel terkemuka di Malaysia. Memasuki Kawasan Kinabalu Park, sudah terasa bahwa warisan alam yang di akui sebagai salah satu Warisan Dunia - World Heritage - Patrimoine Mondial yang merupakan salah satu kebanggaan Negara Malaysia ini di kelola dengan baik dan sangat professional. Tak percuma bahwa orang menyebut "National Park Management" dari Kinabalu Park adalah salah satu yang terbaik di dunia dalam mengelola
alam dan lingkungan nya. Karena itu orang Malaysia menyebut G.Kinabalu dgn sebutan : Mt.Kinabalu is the focal point of Kinabalu Park, Malaysia's First World Heritage Site, which conserves one of the richest assemblages of biological diversity and spectacular natural landscapes in tropical Southeast Asia. (...sedap benar encik..., perasaan di Indo banyak yang lebih bagus neh...yah itulah kelebihan mereka di banding kita...he he he...)


Pagi itu Kamis 3 Agustus 2006, saya tiba di Kinabalu Park jam 00.15, masuk Kinabalu Park bayar RM 15 (penduduk local cuman RM 3), registrasi dan ke front office untuk ambil kunci kamar, dapat di Hill Lodge 1, wah gede juga dan 'pemborosan' krn hanya dipakai sendiri. Kamar standard hotel bintang 2 atau 3 gitu, tempat tidur double,ada hot shower dan lain lain, setelah beres beres barang dan re-packing ransel, baru tidur jam 02.30 dini hari untuk bangun jam 06.00 karena mau urus ijin pendakian jam 07.00 (jam kantor buka). Udara dingin dan sepi, aroma dan suasana perjalanan di gunung dah di mulai, sekelebat ingat alam Situ Lembang, kabut nya, aroma hutan nya, dingin nya dan sepi nya...

Sesuai rencana jam 06.00 bangun, mandi, beres beres, urus perijinan sekalian check out dan titip barang (bayar lagi 1 koper/ransel bayar RM 10 untuk di simpan di locker room), karena saya hanya akan bawa 1 ransel isi keperluan pendakian saja. Makanan hanya bawa coklat batangan dan keju dan beberapa botol air mineral.
Pendaftaran dan administrasi di layani dgn cepat (bukti mrk professional) . Setelah membayar : Mountain Guide Fee (rute : Timpohon Gate - Peak - Timpohon Gate) = RM 70, Climbing Permit RM 100(Malaysian hanya RM 30), Insurance RM 7, Sertifikat RM 10 dan biaya transfer ke Timpohon Gate RM 15, saya boleh naik dan di dampingi Matius Munggin sebagai Mountain Guide nya.

Wah perjalanan dah di mulai neh, makan pagi cuman di ganjel sandwich keju aza dgn telur ayam 2 butir, mudah mudah an bahan bakar itu mampu menghantar sampai Laban Rata (3300 M) tujuan perjalanan hari ini, karena saya merencanakan bermalam di Laban Rata (tapi akhir nya dapat di Gunting Lagadan - 3323,5 M , sekitar 5 menit perjalanan ke atas lagi, dapat Bunk Bed bayarRM 46 semalam , sekamar diisi 4 orang). Tujuan awal ke Timpohon Gate dengan mobil, lapor, data kita sdh ada di sana, tinggal di cocok an saja, setiap pendaki mendapat "pening" seperti kartu kredit sebagai Kartu Tanda Identitas yang di kalungkan di leher sekaligus sebagai pass masuk. Timpohon Gate terletak di punggung gunung dan di bibir jurang yang sempit. Jalan ke atas ditutup oleh dua lapis Gate dari pintu baja dengan gembok yang selalu tertutup dan di jaga petugas. Hampir dipastikan sulit menerobos masuk, kecuali lewat jalur lain, tapi sangat sulit medan nya. Di sini mereka melakukan kontrol terhadap semua pendaki yang naik dan turun, data semua lengkap, ada juga warung kecil yang menjual perlengkapan2 kecil yang biasa nya pendaki sering lupa, spt film, baterei, makanan kecil, obat2 an...dll, tapi harganya juga mulai ...lumayan.. .

Jam 8.30 tepat saya mulai start dari Timpohon Gate (1700 M), karena masih 'fresh' jadi main jalan cepat saja, apalagi medan masih belum terlalu terjal. Track mudah, cukup lebar dan terawatt, jauh lebih baik dari track di G.Gede, di beberapa tempat di buatkan tangga kayu, bahkan tangga besi untuk memudahkan pendaki berjalan, juga pegangan tangga, semacam pagar kayu di tempat tempat berbahaya. Pondok pertama yaitu Pondok Kandis kurang dari 45
menit dah di lewati. Seperti pondok pondok lain nya, di setiap lokasi pemberhentian ada satu pondok lengkap dengan atap, tempat duduk, meja, peta sederhana, jarak jarak ke pondok di depan nya dan di belakang nya, ketinggian tempat, deskripsi tempat, tumbuhan..dll. Ada KM/WC, sumber air untuk cuci muka dan membersihkan diri, tempat sampah tertutup,pokok nya rapi dan bersih.Saya terus melaju sambil ngobrol dengan Matius Munggin yang ternyata merupakan rekan seperjalanan yang cukup enak, tanpa terasa Pondok Ubah (Pondok ke 2) sdh di lewati dan jam 10.10 tiba di Pondok Lowi (Pondok ke 3) dgn ketinggian 2267,4 M, tanjakan mulai berat&terjal kaki mulai agak pegal krn tempo yang cepat.

Sepanjang jalan ini masih menembus hutan hujan tropis yang tdk begitu lebat, sejauh ini biasa biasa saja. Gunung gunung di Indo banyak yang medan nya jauh lebih bagus, spt Semeru, Argopuro, Arjuno, apalagi Rinjani, bahkan Merapi dan Merbabu pun pemandangan sepanjang jalan lebih indah. Seperti yang telah saya kemukakan dalam milis terdahulu, daya tarik G.Kinabalu lebih bertumpu pada pengelolaan National Park Management nya, trus ketinggian yang tembus di atas 4000 M dan lokasi di luar Indo. Selebih nya gunung gunung di Indo lebih indah, perawan dan menantang.

Tanpa terasa Pondok Mempening (Pondok ke 4) juga sdh di lewati untuk terus menuju Pondok Layang-Layang (Pondok ke 5),tak terasa jalan saya sdh mulai melambat, kaki terasa pegal dan nafas sering memburu. Mulai masuk medan yangberat, Matius Munggin bilang medan terberat pertama adalah dari Layang-Layang ke Laban Rata, banyak pendaki biasa nya putus dan kandas di sini krn pengaturan tempo yang salah, biasa nya dari Layang-Layang ke Laban
Rata menjadi terseok seok. Ucapan itu benar sekali, di beberapa titik saya mulai merasa capai dan kaki agak kejang, untung bisa di atasi dan sampai Pondok Villosa (Pondok ke 6) jam 12.30, saya istirahat agak lama, minum sedikit dan makan coklat&keju, rasa nya perlu tambahan bahan bakar cadangan.

Ini gunung tanjakan nya benar benar edan, nanjak terus gak ada abis nya, seperti naik tangga gedung tinggi tanpa ada 'bordes' untuk luruskan kaki. Selama perjalanan banyak bertemu pendaki lain, hanya ada 2 kelompok besar, yaitu : Melayu(pendaki lokal, spt anak sekolah, karyawan muda muda, pencinta alam) dan kelompok Bule (orang asing). Sekilas ada Tim dari Bristol (18 orang) - Inggris, kota kelahiran pesawat AirBus dgn type terbaru A-380 nya yang mematahkan dominasi pesawat Boeing 767 pesawat komersial kebanggaan Amerika. Seperti kita ketahui selama ini Boeing dan AirBus saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Juga ada rombongan dari Jerman, Perancis, Australia, Belanda. Sedangkan dari Indo cuman 1.

Jam 14.00 setelah mendaki selama 5,5 jam dari Timpohon Gate dan melewati Pondok Paka (Pondok ke 7) sebelum Laban Rata, saya sampai di Laban Rata, yang merupakan daratan di pinggir jurang seluas 0,5 hectare, lengkap dgn helipad dan bangunan semi permanent seperti : Waras Hut, Burlington Hut, Panar Laban Hut, Gunting Lagadan Hut, tak terkecuali "Kapal Induk nya" Laban Rata Resthouse yang merupakan penginapan terfavorit krn ada restoran besarnya di lantai 2.

Wah....mewah sekali untuk ukuran pendaki gunung, yang saya lakukan adalah duduk selonjor gantung kaki di teras, melihat di kejauhan lembah lembah dan hamparan biru pegunungan, ditingkah angin sejuk ketika sampai di Laban Rata. Order pertama adalah 1 poci teh panas manis (untuk refill air panas bayar tambahan RM 2,5), baru sejam kemudian setelah puas melamun , baru order Nasi Goreng tambah ekstra 1 Telur goreng dan 2 telur rebus. Untuk makan malam saya pesan 1 set Sandwich + extra telur (take away), krn malas turun makan dari tempat nginap di Gunting Lagadan Hut ke Laban Rata (kira kira jalan 10-15 menit pp, tapi tanjakan nya itu bo...gak tahan). Saya nongkrong di Laban Rata sekitar 3 jam, ngobrol dgn pendaki asing dan petugas Taman Nasional yang mengelola Resort itu. Mereka buat peraturan setiap rombongan musti sewa Mountain Guide seharga rata rata RM 70 untuk menberikan income penduduk asli daerah itu (orang dusun-istilah mereka), dgn salah satu syarat Mountain Guide waktu turun gunung harus membawa kantong/karung besar isi sampah yang di ambil dari tempat sampah yang di sediakan di setiap Pondok atau sampah2 yang di kumpulkan krn tercecer di sepanjang jalan. Mountain Guide juga punya kewajiban ikut 'bebersih gunung' di event2 khusus untuk menjaga agar gunung tetap bersih dan rapi. Dengan cara ini kebersihan gunung terjaga, kalau dilihat sampah2 yang di bawa para Mountain Guide itu cukup banyak, bisa di bayangkan kalau di biarkan berserakan seperti di G.Gede, saya rasa G.Kinabalu tak kalah jorok nya. Dengan cara itu mereka mengatasi sampah di G.Kinabalu. Mountain Guide di bayar mahal, uang nya dari para pendaki yang diminta bayar mahal, tapi pendaki menerima pelayanan, kenyamanan dan keamanan.

Jam 17.00 saya naik ke Gunting Lagadan Hut,'check-in' di kamar pojok yang sdh diisi : Andrew, Marcus, Henk yang pendaki muda dari Belanda, saya 'penumpang' yang ke empat. Kamar sempit berdinding tripleks, hanya ada 2 ranjang sempit bersusun dgn lebar 80 cm,hanya ada selimut 2 buah untuk tiap ranjang. Jarak antar ranjang 1 meter, jadi kalau beberes ransel musti
giliran krn akan 'tabrakan' bila semua bareng2 beberes ransel. Agar gampang ransel saya naikkan ke ranjang saja biar leluasa. Menjelang magrib saya masih menikmati enak nya di gunung, memandang matahari terbenam di ufuk barat, meskipun terhalang awan dan kabut, duduk2 di atas batu dengan teman dari Bristol, ceritera tentang Negara masing masing, ketika udara semakin dingin kami masuk ke Hut.

Di 'ruang tamu' Hut sdh cukup ramai dengan pendaki lain, ada sekitar 30 yang menginap di Gunting Lagadan Hut, ada dapur dgn kompor gas, peralatan masak, peralatan makan yang bisa di pakai dan dicuci setelah nya. Saya berkenalan dgn banyak pendaki lokal (Malaysian-Melayu) . Ada hal yang nyata perbedaan nya di sini. Para pendaki Bule, hanya basa basi say hello, simple greeting langsung masuk kamar, keluar kalau ke KM/WC, sementara pendaki lokal berkumpul. Mereka sangat ramah, lebih ramah ketika mereka tahu saya datang dari Indo - Jakarta ... dan sendirian pula. Mereka heran dan berulang kali tanya mana teman yang lain nya. Sedemikian ramah nya, saya di 'layani' layak nya tamu agung (bagi pendaki gunung): dibuatkan kopi susu, di masak in super mie pakai kornet, terus ada teh manis, telur, aneka snacks. Ketika saya mau cuci peralatan makan, mereka bilang gak usah, biar mereka aza yang tangani krn ada pembagian tugas, ada tim yang cuci peralatan. Saya terkesima dan terharu,alhasil malam itu saya kenyang banget, jadi sandwich dan telur yang sdh di beli bisa untuk konsumsi besok pagi,..wah wah..wah. Yah itulah keramahan dan rasa kekeluargaan para Pendaki Gunung di Indo, juga di Sabah-Malaysia, yang bersifat Universal tentu nya.

Jam 20.00 saya mohon pamit mau istirahat dulu dan re-packing ransel lagi, dgn mempertimbangkan cuaca hari hari ini dan 'feeling' akan terang dan cuaca bagus&tidak hujan, saya tinggal beberapa peralatan yang sdh susah2 di bawa dari Jkt untuk kurangi beban, spt : jas hujan (ponco), sweater,kaos, topi,sleeping bag, sebagian makanan&minuman, celana panjang&kaos kaki cadangan,sarung, sehingga ransel jadi ringan, karena mau ke Puncak (Summit Attack) secara cepat. Rencana saya akan bangun jam 02.00 dan paling lambat jam 03.00 sdh mendaki, agar sempat melihat matahari terbit di ufuk timur yang mempesona itu.


Demikian Laporan Perjalanan ini, akan di sambung seri 2, tentang perjalanan ke Puncak G.Kinabalu (4095,2 M), minggu depan.




Salam Mahitala,



Budi Hartono Purnomo (BHP)

M-78188 AS

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa


All M...
Buat semua yang sedang menunaikan ibadah Puasa...Selamat menunaikan ibadah puasa...semoga lancar2 saja di bulan ini.
Semoga semua yang anda lakukan di bulan suci ini diterima oleh-Nya.

Buat Tim Everest...
Selamat berlatih...jagakondisi di bulan puasa ini supaya fit dan lancar...
Sukses semuanya....


BSTGRDS,
Audy Tanhati
(M 2000511 ATSA)

Selamat Datang


To All M

Bagi yang suka nulis/suka curhat/suka bikin pusis dan sebagainya...
Silahkan menggunakan blog ini...
Dulu memang saya pernah buat blog mahitala di Friendster...tapi kayanya terlalu ribet untuk masuknya...
jadi kita pergunakan blogger ini saja...
Semoga blog ini dapat menjadi sarana bagi kita semua untuk berkarya...

Nb : Bagi yang menulis blog ini diharapkan dilengkapi dengan Nama jelas dan nomor M

BSTRGDS,
Audy Tanhati
(M 2000511 ATSA)