12 October 2011

Profil Komandan Latihan Diklatsar XXXIV Mahitala Unpar

Profil Komandan Latihan Diklatsar XXXIV Mahitala Unpar :

Nama : Janatan Ginting
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 20 Januari 1989
Nomor Anggota Mahitala : M 2008612 ANA
Fakultas : Ekonomi Akuntansi Unpar 2007
Alamat Email : janatan_ginting@live.com
Hobi : futsal, mendaki gunung, baca buku, Beatless

Profil Ketua Dewan Pengurus XXXIV

Apa kabar semuanya ?
Sudah lama kami tidak mengupdate berita seputar Mahitala Unpar kepada para penikmat Blog Mahitala. Pada kesempatan ini kami ingin mengabarkan bahwa telah terpilih Ketua Dewan Pengurus Mahitala Unpar untuk masa kepengurusan 2011-2012. Profil Ketua Dewan Pengurus XXXIV :


Nama : Hafizh Sufnir
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 20 Mei 1990
Nomor Anggota Mahitala : M 2009630 AMBR
Fakultas : Teknik Sipil Unpar 2008
Alamat Email : hafizh_sufnir@yahoo.co.id
Hobi : Diving dan bersepeda

Selamat bertugas untuk Ketua Dewan Pengurus yang baru....MAHITALAAAAAAA !!

10 August 2010

ISSEMU Kilimanjaro News Update (12.11 WIB - 20.00 local time) - hari ke tiga pendakian

Dear All,
Beberapa waktu yang lalu HP penghubung dengan medan Operasi Kilimanjaro kembali bergetar. Sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh Ian yang berperan sebagai ketua tim akhirnya tiba.

Tim berhasil mencapai Arrow Glacier Camp di ketinggian 4.800 mdpl dan saat ini mereka sedang beristirahat. Perjalanan hari ini ditempuh dari Lava Camp (4.600 mdpl) selama 2.15 jam. Setelah tiba di Arrow Glacier Camp, tim langsung melakukan plotting (way point) dengan menggunakan GPS Mahitala dan segera melakukan proses aklimatisasi hingga menembus ketinggian 5.000 mdpl. Proses aklimatisasi berjalan dengan baik sehingga dari briefing hari ini dengan guide, tim akan memulai "penyerangan puncak" pada pukul 04.00 waktu setempat. Proses summit attack ditargetkan akan memakan waktu selama 6 jam dan hari itu pula tim akan turun menuju Kemweka Camp selama 7 jam perjalanan tepat seperti yang telah direncanakan.

Ada informasi menarik yang disampaikan oleh tim. Hari ini mereka bertemu dengan tim USA dengan formasi 17 orang anggota tim ekspedisi dengan support penuh 83 orang porter. Sedangkan Tim Indonesian Seven Summits Expedition Mahitala Unpar 2009 - 2012 beranggotakan hanya 4 orang ini hanya ditemani 5 orang porter dan 2 orang guide. Kejadian ini justru menambah semangat mereka bahwa dengan simple team seperti ini kesuksesan yang akan diraih seharusnya sama. Walau dengan suhu 0 derajat celcius disertai angin yang cukup kencang, tim masih dikaruniai fisik dan mental yang kuat hingga saat ini. Ini akan menjadi modal mereka untuk menyelesaikan misi dengan sebaik-baiknya. Mengibarkan bendera Merah Putih di point tertinggi di benua Afrika.

29 July 2010

We are going to seven summits

21 November 2009

Ekspedisi Sudirman di Galamedia

CIUMBULEUIT,(GM)-
Kelompok Mahasiswa Pencita Alam (Mahitala) Universitas Parahyangan (Unpar) berhasil menaklukkan puncak pegunungan Soedirman, Papua, akhir Februari lalu. Selain itu, Mahitala Unpar pun berhasil memberikan nama pada empat puncak yang belum mempunyai nama di puncak pegunungan Soedirman.

Atas keberhasilannya ini, Mahitala mendapat penghargaan dari Rektor Unpar Bandung, Prof. Cecilia Lauw disaksikan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Wali Kota Bandung Dada Rosada di Aula Serbaguna Unpar, Jln. Ciumbuleuit Bandung, Senin (16/3).

Menurut Rektor, keberhasilan Mahitala ini merupakan keberhasilan Unpar untuk nama Kota Bandung, Jabar, dan Indonesia secara keseluruhan. Terlebih dalam waktu bersamaan kelompok mahasiswa Unpar lainnya, berhasil menunjukkan prestasi di bidang lain, yakni Griselda Raisa yang berprestasi sebagai outstanding delegation dalam Harvard National Model United Nation (HNMUN) dan runner-up dalam Best Business English Speaker in Asia di Universitas Cambridge Singapura.

"Saya sangat bersyukur dan mengapresiasi keberhasilan Mahitala dalam ekspedisi di Papua dan memberikan nama untuk 4 puncak gunung di Papua, juga Griselda Raisa dalam bidang lainnya," ungkapnya.

Sedangkan Ketua Ekspedisi Pegunungan Soedirman, Julius Mario kepada wartawan mengatakan, keberhasilan Mahitala tersebut bukan suatu kebetulan. Seluruh tim telah melakukan sejumlah persiapan, termasuk dalam penghitungan penurunan suhu dan ketinggian.

"Kita merencanakan pendakian ini sudah lama dan baru sekarang ini tercapai. Papua juga akan tetap menjadi tujuan utama kita untuk pendakian-pendakian selanjutnya," jelas Julius saat ditanya mengenai rencana selanjutnya.

Julius mengungkapkan, ekspedisi pegunungan Sudirman di Papua menjadi pengalaman paling berharga bagi 11 mahasiswa yang tergabung dalam Mahitala. Apalagi Mahitala berhasil memberi tanda (nama) untuk empat puncak gunung yang belum diberi nama, yakni puncak Garuda (4.604 mdpl), puncak Merah Putih (4.626 mpdl), puncak Mahitala (4.610 mdpl), dan puncak Unpar (4.526 mdpl).

"Kami sebelummnya melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk bisa memberikan nama terhadap empat puncak tersebut," jelasnya.

Sedangkan mengenai bantuan Gubernur Jabar sebesar Rp 30 juta, Julius mengungkapkan akan membuat buku tentang perjalanan dan pendakian ke puncak pegunungan Soedirman, termasuk dokumen foto. Tujuannya untuk lebih mengeksplorasi wilayah Indonesia, khususnya tempat wisata yang belum banyak diketahui banyak orang dan tentunya juga pengalaman Mahitala selama ekspedisi pegunungan Soedirman di Papua. (deby.job/B.81)**

link : http://klik-galamedia.com/indexedisi.php?id=20090317&wartakode=20090317111004

Ekspedisi Sudirman di Detik.com

Bandung - Setelah berhasil mencapai puncak Idenberg pada 29 Januari lalu, tim ekspedisi pegunungan Sudirman Mahitala Unpar pun berhasil mendaki tiga puncak lainnya yang tak bernama. Kini, satu puncak lagi yang belum tersentuh akan mereka daki. Rencananya mereka akan beri nama puncak terakhir ini puncak Unpar atau Universitas Parahyangan.

Menurut Farli, ketiga puncak tak bernama yang telah berhasil tim ekspedisi daki diberi nama puncak Merah Putih, puncak Garuda, puncak Mahitala. Lokasi ketiga puncak tersebut berada dekat dengan lembah Idenburg yang menjadi basecamp tim ekspedisi.

Pada Jumat pagi, 30 Januari, tim Engea-1 yang terdiri dari Atan, Dion, Reyner akan menuju puncak Merah Putih melalui jalur pegunungan Alice Ridge. Tim Engea-2 yang terdiri dari Fran, Yoga dan Rangga menuju puncak Garuda melalui jalur patahan yang mereka temukan di danau Idenberg.

Sedangkan sisanya tinggal di basecamp, lembah Idenburg, untuk melakukan komunikasi dengan Tim Engea-1, tim Engea-2 dan Mario di Tembagapura.

Menurut Farli, Tim Engea-2 berhasil mencapai puncak Garuda pada pukul 10.25 WIT, sedangkan Tim Engea-1 berhasil mencapai puncak merah putih pada pukul 10.30 WIT. Perbedaan yang hanya 5 menit itu, dikarenakan posisi kedua puncak yang saling berdekatan.

Kemudian dua sehari setelahnya, pada 1 Februari, tim eskpedisi berangkat menuju puncak Mahitala. Perjalanan menuju puncak Mahitala memakan waktu 3 hari. Tim pendaki tiba di puncak Mahitala sekitar pukul 12.51 WIT, 4 Februari. Tim berhasil mencapai puncak saat cuaca sedang buruk. "Saat itu cuaca sedang turun hujan disertai angin kencang dan kabut turun dengan tebal," ujar Farli saat ditemui di Kampus Unpar, Jalan Ciumbuleuit, belum lama ini.

Puncak terakhir yang menjadi target tim ekspedisi adalah puncak Unpar. Menurut Farli, tim ekspedisi saat ini tengah persiapan untuk mendaki puncak Mahitala "Info terakhir, tim sekarang baru mau mulai beroperasi," ujar Farli saat dihubungi detikbandung, Kamis (5/2/2009).
(ern/ern)

link : http://bandung.detik.com/read/2009/02/05/111458/1079894/683/mahitala-unpar-berhasil-daki-tiga-puncak-tak-bernama

Ekspedisi Sudirman di Kompas.com

BANDUNG, SENIN - Tim Ekspedisi Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam Mahitala Universitas Katolik Parahyangan berhasil mencapai salah satu puncak Gunung Idenburg di Pegunungan Sudirman, Papua.

Dilansir dari situs resmi Unpar, salah satu tim, yaitu Tim Engea-1, telah meraih Puncak Idenburg (4.626 meter di atas permukaan laut) pada 30 Januari 2009. Puncak itu kemudian dinamai Puncak Merah Putih .

Saat ini, tim ekspedisi juga dalam perjalanan untuk menaklukkan puncak lainnya. Gunung Idenburg adalah salah satu puncak di Pegunungan Sudirman, Papua, yang selama berpuluh-puluh tahun gagal ditaklukkan pendaki Indonesia.

Selama ekspedisi, mereka akan mendokumentasikan keanekaragaman flora dan fauna di tempat itu, termasuk suku-suku pedalamannya.

link : http://www.kompas.com/read/xml/2009/02/02/1847522/mahitala.unpar.capai.puncak.idenburg

27 October 2009

Leuser Treaking by George - M 90437 ADB (bag III)

Day Eight - 26.07.09
Sampai 10am kabut tebal baru terkuak sekitar 1 - 2 jam sehingga pemandangan alam Aceh, Leuser hingga pantai Barat (Samudra Hindia) nampak jelas dan sangat menakjubkan. Tidak puasnya kami menikmati jerih payah perjuangan selama ini. Namun menyesal logistik guide-porter sudah menipis (hanya untuk 10 hari vs kami 14 hari) sehingga waktu jelas tidak cukup untuk menjelajahi puncak Leuser (3,142). Maka 12am kami mulai turun dari puncak menembus kabut tebal menuju Alun-Alun Loser. Bergegas melintasi Camp Paya, tanpa henti menuju Simpang Tanpa Nama dan kemudian bermalam setelah menyeberangi Krueng Kluet2, 5.30pm karena cuaca mulai memburuk. Di sana ada 2 – 3 camp site.

Dari Puncak Loser – patok S 227 (3) nampak jelas Blangpidie [Atas] – pesisir pantai Barat Aceh yang membentang menghadap Samudera Hindia. Juga beruntung masih nampak di Utara - Puncak Angkasan (1) – pintu gerbang kembali ke peradaban dan Puncak Tanpa Nama (2)


Perjalanan turun dari puncak menembus kabut [atas] dan sedikit cerah sesampai di Alun-Alun Loser [bawah]


Day Nine - 27.07.09
Pagi yang cerah, 7.30am kami melanjutkan ke arah Krueng Kluet 1 untuk menyeberang dan mendaki kembali menuju Bivak Batu 9am. Kemudian dilanjutkan menuju Bivak Kaleng untuk mengambil Logistik #3 [D6], dan terus berjalan hingga Camp Tanpa Nama 4pm. Sayang mendung yang menggantung berubah menjadi hujan lebat sehingga diputuskan untuk membangun tenda. Beruntung hanya berselang sejam, hujan tiba-tiba terbit pelangi utuh, sangat indah, semua berdecak kagum karena fenomena yang jarang nampak di Leuser. Campsite luas di tengah savana, agak berangin, air didapat dari waterpond. Bersyukur malam itu bisa kami gunakan untuk istirahat yang agak panjang dibandingkan hari-hari sebelumnya.

[insert picture] Saat mentari hendak menjelang di Camp Tanpa Nama, bulan pun masih belum beranjak di atas lukisan awan


Dari punggungan Singamata semua puncak menampakkan diri menjelang langit yang biru, Puncak Tanpa Nama (1), Puncak Loser (2) dan Puncak Leuser (3)


Day Ten - 28.07.09
7.30am perjalanan dengan cuaca sangat cerah, menikmati lembah dalam sisi Barat Singamata, sempat nampak kawanan kambing gunung liar jauh direruntuhan jurang, dan punggungan Aceh yang berlapis-lapis nyaris tak berbatas, juga Puncak Angkasan nun jauh di Utara – pintu gerbang kami kembali ke peradaban. Kami sangat menikmati perjalanan pulang dengan pemandangan lepas yang termasuk keberuntungan di Leuser. Setelah melewati Bivak Kaleng lalu tiba di Bivak 3, beristirahat sesaat menikmati alam mumpung kabut belum menyergap lagi. Kemudian berpacu menuju Kolam Badak untuk mengambil Logistic #2 [D5], lalu setengah berlari menuju Blang Panjang karena matahari sudah di balik awan.

Berehat sesaat langsung menuju Sungai Alas utama, segera menyeberanginya karena hari sudah sore, dan melanjutkan pendakian panjang melintasi savana luas menuju Blangbeke sambil menyeberangi dua anak Sungai Alas lagi, hingga berkemah sejauh-jauhnya di ujung Savana, 6pm untuk menghemat waktu perjalanan esok hari. Beruntung kita bisa menikmati matahari terbenam dan terbit yang utuh disini dan luar biasa indah. Campsite luas, air diambil dari Sungai Alas.

Menantikan matahari tenggelam di penghujung savanna Blangbeke.....

Dan langit pun tetap mempesona saat mentari mulai hilang dari horizon, menyisakan kelebatan cahaya di awan


20 October 2009

Leuser Treaking by George - M 90437 ADB (bag II)

Day Four - 22.07.09
8am pendakian ke Selatan turun dari Pepanji dan sampai di Singamata (2.339dpl), 10am. Tampak arah Tenggara air terjun Sungai Alas kira-kira 200m tingginya, sangat indah tersembuyi di tengah pengunungan Leuser – bisa dicapai dari punggungan Angkasan 5 - 6 hari pulang pergi. Turun dari Singamata kemudian mendaki Bivak Lumut (2.313dpl), 12am, lalu turun dan mendaki lagi mencapai savanna pertama (2.424dpl), 1pm. Tiba Blanbeke (2.407dpl), 1.45pm yaitu gerbang masuk Leuser dan makan siang di sana. Perjalanan lalu turun naik savanna yang luas, dengan menyeberangi anak sungai Alas1 (2.284dpl), anak sungai Alas2 (2.286dpl) dan terakhir Sungai Alas utama (2.286dpl)
Dari Singamata nampak Air Terjun Sungai Alas [Insert] yang sangat indah, menyeruak di tengah ngarai yang dalam

Blangbeke – pintu gerbang Loser ditandai dua buah batu bersusun tinggi mirip Chorten yang merupakan ciri khas penanda arah di Himalaya

selebar 8 -10m. Sungai jernih sedalam 40cm (saat kemarau) ini sangat dingin dan batuan dasarnya sangat licin. Setelah mengambil air segar, jalur selanjutnya masih savanna sampai di batas akhir hutan perdu bernama Blang Panjang (2.458dpl), 6pm. Camp sangat luas, berangin tapi matahari terbenamnya indah, namun sayang tiada air.

Setelah menyeberangi dua anak sungai dan Sungai Alas Utama [atas], pendakian dilanjutkan ke arah Timur menuju Blang Panjang (1) dan keesokan hari menuju Kolam Badak (2) di arah Tenggara

Day Five - 23.07.09
8am pendakian menuju Tenggara melewati hutan perdu dan satu tanjakan terjal nan putus menuju Kolam Badak (2.715dpl) 11am, tempat menimbun Logistic #2. Tanjakan terjal ditambah banyaknya pohon tumbang masih berlanjut terus sampai 2.878dpl. Kemudian dilanjutkan menyusuri punggungan Singamata (sisi kanan jurang – sayang tertutup kabut tebal), turun naik hingga sampai Bivak 3 (2.971dpl) 4pm. Perjalanan berlanjut namun karena hujan bertambah lebat, suhu turun, basah kuyub maka akhirnya diputuskan berkemah di 2.891dpl, 5.30pm. Camp seadanya, air dari waterpond.

Day Six - 24.07.09
8am memulai perjalanan dan tiba di Camp Tanpa Nama (2.878dpl), 10am sebuah savanna kecil. Kemudian mendaki punggungan Singamata kembali sampai di Bivak Kaleng (2.932dpl), 1pm, tempat menimbun Logistic #3. Setelah makan siang mendaki kembali, naik turun naik punggungan panjang sampai berkemah di Bivak Batu (2.940dpl), 5.30pm. Camp site luas, air dari waterpond, pemandangan yang indah saat matahari terbenam dan terbit. Punggungan akhir Loser dan Leuser nampak jelas dari sini.

Saat matahari terbit di Bivak Batu, nampak Puncak Angkasan nun jauh di Utara


Day Seven - 25.07.09
8.30am melintasi savanna dan naik turun bukit, kemudian turun terjal ke Tenggara untuk menyeberangi Krueng Kluet 1 (2.872dpl), 9.45am. Dari dasar lembah mendaki lereng terjal dan kemudian turun lagi menyeberangi Krueng Kluet 2 (2.901dpl), 10.45am. Kemudian mendaki hutan lumut, turun naik sampai menembus 3000an m dan tiba di Simpang Tanpa Nama (3.202dpl), 2pm. Puncak Tanpa Nama (3.450dpl).

Perkemahan Bivak Batu di pagi hari – Andy bersama Loserian [ki-ka] Udin, Nasir, Topan, Maisar dan porter Udin [jongkok]. Nampak dikejauhan arah Tenggara – Puncak Tanpa Nama (1) dan Selatan – Puncak Loser (2)

bisa didaki sekitar 4 jam arah Timur. Pendakian berlanjut ke arah Selatan, turun naik hutan dan perdu hingga tiba di Camp Paya (3.116dpl), 4.20pm dan dilanjutkan 30 menit jalan agak rata sampai di Alun-Alun Loser (3.128dpl) a.k.a Lapangan Bola (savanna yang luas).

Batuan raksasa saling bertumpuk dalam perjalanan akhir ke puncak Loser

Akhirnya Puncak Loser dicapai saat matahari nyaris terbenam, nampak Puncak Leuser menjulang di sisi kiri

Summit attack diputuskan berlanjut, melintasi savanna, turun naik bukit bertanaman perdu hingga tiba di kawah mati. Kemudian pendakian sedikit memutar ke sisi Timur menuju Puncak Loser karena sisi Barat berupa tebing. Setelah pendakian landai yang panjang dan

Menuruni sisi Selatan dari Puncak Loser, nampak jalur menuju Puncak Leuser yang beruntung terkuak dari kabut

berpacu dengan saat matahari terbenam, akhirnya kami tiba di Loser (3.414dpl) 7pm. Thanks God, separuh perjalanan terlewati sudah dengan selamat. Bermalam di puncak, hanya cukup untuk kedua tenda kami, sedang air kebetulan sudah diambil dari sungai kecil menjelang plataran besar menuju puncak. Sejenak menikmati malam yang indah, tampak di nun jauh pesisir Barat Aceh dan kerlap-kerlip nelayan di lautan Hindia. Sinyal HP ada kembali, sekitar 2 - 3 bar walau kadang hilang saat kabut dan angin kencang dan memungkin kami mengabari keluarga dan teman setelah seminggu lamanya tanpa komunikasi dengan dunia luar.



19 October 2009

Leuser Treaking by George - M 90437 ADB (bag I)

Dear Penikmat Blogger Mahitala,
Pada kali ini kami akan menampilkan berita perjalanan yang dilakukan oleh George (M 90437 ADB). Perjalanan dan cerita George kali ini mengenai pencapaian beliau ke Gunung Leuser, Aceh yang terkenal dengan track panjang dan keindahan alam yang sungguh sangat menakjubkan. Cerita George ini akan dibagi-bagi menjadi beberapa postingan.
Selamat Menikmati

Salam,
M 2000511 ATSA

========================================


Pendaki mana yang tidak kesengsem dengan keindahan Gunung Leuser – hutan tropis yang sangat kaya flora dan fauna serta diakui sebagai salah satu paru-paru dunia. Terletak di Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Gayo Luwes, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), merupakan kekayaan alam nusantara yang harus dilestarikan dan diperkenalkan bagi khayalak umum, dan pencinta alam khususnya.

Beruntung ada kesempatan yang memungkinkan, maka Andy Hermawan dan George Surjopurnomo (M 90347 ADB) bermaksud mendakinya melalui jalur Kedah. Direncanakan berlangsung selama 14 hari dengan menyertakan seorang pemandu dan dua porter, mulai dari tanggal 19 Juli – 1 Agustus 2009. Pendakian menggunakan siege tactic, di mana semua perlengkapan dan logistik diangkut sesuai pergerakan menuju puncak, dan perbekalan “ditimbun” di beberapa lokasi untuk meringankan beban perjalanan.

Ucapan terima kasih setulusnya untuk guide kami NASIR dan porter TOPAN Julpan dan MAISAR yang menyertai dan mendukung penuh perjalanan ini. Terima kasih sudah berbagi banyak khasanah budaya Aceh khususnya Gayo Luwes dan gelang rotan yang dirajut Maisar. Kepada Mr. Jali yang sudah mempersiapkan guide-porter, mengurus perijinan dan menyambut kami di kediamannya. Santoso dan Sandy yang rela bersusah payah mengantar kami ke Kedah dan menjemput kembali ke Medan. Juga keluarga, MAHITALA UNPAR dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, dukungan moril dan khususnya doa.

Berikut ini adalah laporan singkat perjalanan lengkap dengan dokumentasi, jalur pendakian, titik koordinat (GPS waypoint) dan catatan lainnya. Semoga dapat bermanfaat mengingat minimnya data atau publikasi mengenai pendakian ke Gunung Leuser, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang hendak mengenalnya.



17.07.09
Meninggalkan Jakarta menuju Medan dengan menggunakan Lion Air last flight (9 - 11.20pm). Tiba di Medan dijemput dan menuju kediaman Santoso untuk packing ulang dan beristirahat.


18.07.09
Berangkat subuh dengan kendaraan sewaan – bukan umum (BTN atau Karisma) mengingat dua backpack 95+110 lt. berisi perlengkapan pribadi dan Tim, serta sebuah backpack 80 lt berisi logistik. Rute perjalanan dari Medan menuju Kedah (kaki G. Leuser), melalui Kabanjahe (Sumut), kemudian mengarah ke Utara melintasi perbatasan Sumatera Utara (Sumut) – NAD menuju Kutacane.

Sayang jalan antar propinsi tersebut rusak berat, perbaikan jalan dan jembatan dimana2 tiada yang tuntas, harus ditempuh sekitar 9 - 10 jam sampai di Blankejeren. Ibukota Kabupaten Gayo Luwes (hasil pemekaran DATI-II NAD) ini sangat maju, namun sayang penerangan masih mengandalkan PLTD, jalan bagus dan ekspansi sampai ke desa-desa dan bisa mencapai Kedah dalam sejam. Dari Blankejeren (NAD) lalu belok ke kiri melewati Kutapanjang (kota kecil), desa Palosan dan kira-kira satu jam kemudian tiba di rumah Mr. Jali (Rajali Jamali) - 1.242 dpl, guide perintis Leuser sejak 1980-an. Disambut ramah Mr. Jali yang saat itu rumahnya dijadikan base camp kontraktor jalan raya, kami langsung membahas rencana perjalanan sebelum beristirahat untuk pendakian esok hari.


Day One - 19.07.09
Pagi hari kami berkenalan dengan guide Nasir, porter Topan dan Maisyar yang ternyata masih belanja logistik dan perlengkapan mereka. Mereka relatif masih muda, terutama Maisyar yang baru setahun tamat SMA. 12AM, cuaca sangat cerah, matahari persis di atas kepala, Tim meninggalkan Kedah menuju arah Barat Daya ke Sinebruk Green - 1,370dpl (bungalow rumah panggung milik Mr. Jali) melewati Wisma Pemda (yang sayang tidak terurus – padahal ada pemandian alamnya). Sempat makan siang di Sinebruk sambil menunggu Nasir dkk repacking dan berpisah dengan Santoso yang langsung kembali ke proyek di Medan.

2PM memulai trekking, masuk hutan lebat yang terjal dan sampai di Tobacco Hut (1,667dpl) 4.30pm – bekas perkebunan yang tidak terawat lagi. Dari sini tampak Kedah hingga Blangkejeren membentang luas di bawah sana. Kira-kira 10 menit kemudian sampailah di batas hutan. Mulai pendakian terjal kemiringan 70 - 80derajat, sekitar satu jam sampai di pertigaan, arah ke kanan untuk mengambil air. Sangatlah meguras tenaga di hari pertama dengan beban luar biasa berat, akhirnya tiba di Simpang Angkasan (2,207dpl) 8.20pm.

Camp site cukup besar dan lapang walau ada di tengah hutan. Di sana sudah berada ekspedisi K0-19 Pencinta Alam Fakultas Teknik Universitas Hasanudin, Makasar yang berangkat pagi hari.

[Atas] Pemandangan jalur pendakian menuju Tobacco Hut (1). [Tengah] Keluarga Penghuni Tobacco Hut. [Bawah] Dari batas hutan (2) pendakian sangat terjal menuju Simpang Angkasan. Tampak Puncak palsu di kejauhan, bergaris dua putih (tebing longsor) (3) dimana Puncak Angkasan sendiri berada di belakangnya


Day Two - 20.07.09
7.40am pendakian dimulai, jalur cukup nyaman karena tidak terlalu terjal dan tiba di Camp 1 (2.551dpl) 10.20am. Selepas Puncak palsu (tebing longsor ada di sisi kiri) pada 2.600dpl, melewati batas vegetasi dan hutan lumut sambil menyusuri punggungan di bawah terik matahari, kami tiba di Puncak Angkasan (2.915dpl) pada 3pm. Pertama kali bisa melihat jajaran puncak Loser-Leuser nun jauh di Selatan, terbelah ngarai dalam yang luar biasa luas – hm masih seminggu lagi kita kesana. Setelah istirahat mulai bergerak ke Timur, turun naik punggungan sampai di Kayu Manis 1 (2.816dpl) 6pm. Ada 3 - 4 camp site, di antara belukar, agak terlindung dari angin. Air didapat dari waterpond.


Setelah melewati Puncak palsu, pemandangan ke arah Selatan nampak Puncak Angkasan (1) dan kemudian pendakian berbelok ke Barat menuju Kayu Manis 1 (2)

Day Three - 21.07.09
8am melanjutkan pendakian ke Timur, turun naik punggungan melewati Kayu Manis 2 (2.769dpl), 10.30am dan Kayu Manis 3 (2.623dpl), 11.45am, lalu berbelok ke Selatan menuruni lereng curam hingga Lintasan Badak (2.200dpl), 2.30pm. Setelah menimbun logistic #1, dimulailah pendakian panjang menuju puncak Pepanji (2.442dpl), 6pm. Ada 2 - 3 campsite, air diambil dari waterpond.