28 September 2006

Laporan Perjalanan ke G.Kinabalu (4095,2 M) , Sabah - Malaysia, tgl 3 Agustus - 4 Agustus 2006 (part 2 - END)


Rekan rekan Mahitala,
Kita lanjutkan Laporan Perjalanan ke G.Kinabalu ini, yang mudah2 an masih menarik untuk di ikuti. Kalau di ingat2, dengan persiapan yang 'mepet', terasa bahwa bantuan neng Holly amat sangat berarti, terutama penyediaan semua informasi, baik alamat, telp, 'key-persons' nya, e-mail, biaya dan banyak lagi, sampai pesan2 dan tip2 yang baik untuk di lakukan, neng Holly emang top dah. Juga Kang Sani dengan semangat nya yang mendukung perjalanan ini.

Malam itu, Kamis 3 Agustus 2006, saya berusaha tidur cepat,tapi agak sulit pulas, beberapa kali bangun, kaki, terutama paha agak pegal, entah krn posisi tidur atau krn tertekuk, beberapa kali sempat mau 'kram/ kejang' tapi bisa di atasi dgn ubah posisi dan di bantu dgn gosokan cream 'anti' kejang, tapi lumayan enak setelah kaki di luruskan dgn posisi santai.

Jam 02.00 dini hari Jumat 4 Agustus 2006, saya sdh bangun,siap siap, makan pagi, buat kopi panas untuk siap mendaki jam 03.00, semua pendaki yang bermalam di Gunting Lagadan Hut, secara sporadis mendaki semua dari jam 2.30-3.30, jadi agak ramai, tapi segera setelah mendaki,terpecah jadi rombongan2 kecil karena kecepatan jalan nya yang berbeda beda.Meskipun musim pendakian kali ini termasuk 'tidak-dingin' menurut pendaki lain yang sdh beberapa kali mendaki G.Kinabalu, maupun menurut Matius Munggin sang Mountain Guide, tetap saja rasa dingin serasa menembus tulang, hanya krn berjalan cepat yang dapat mengalahkan hawa dingin tersebut. Medan bertambah terjal, tapi masih ada vegetasi di sana sini di tengah medan batu yang gersang. Kondisi menjelang puncak berbatuan sangat mirip dengan kondisi G.Agung di Bali, yang terakhir saya daki tahun 2004, batu Andesit dan Basalt
hitam, licin, keras, menjulang membentuk dinding terjal yang tampak menyeramkan di malam hari, lengkap dgn bayang bayang nya. Akhir nya jam 04.00 dini hari dgn nafas terengah engah dan uap mengepul dari hidung dan mulut, saya sampai di Sayat-Sayat Gate, km 7, ketinggian 3800 M. Di Pintu pengawasan terakhir ini sekali lagi para pendaki dicheck data-data nya untuk
di cocokkan dgn data pendaki yang sdh dikirim dari Kinabalu Park Office, Kartu pass minta di tunjukkan, di catat jam berapa naik, nama nya, berapa orang jumlah dalam rombongan. Di Lokasi ini ada tempat bermalam dgn nama Sayat-Sayat Hut yang konon harus booking 1 tahun di muka agar bisa menginap di sini (hopo tumon...), ada KM/WC yang bersih, pusat generator untuk supply listrik di sekitarnya. Lepas dari Sayat-Sayat, medan sempurna gundul dan tidak ada tanaman lagi.

Dengan langkah yang agak 'goyah' saya terus mencoba mempertahan kan ritme jalan saya krn takut kram bila berhenti atau kecepatan jalan tdk teratur. Medan semakin berat, lebih terjal dan licin, dimana jurang dalam menganga di kiri kanan jalan. Belum lagi nafas menjadi berat dan sesak karena di ketinggian mendekati 4000 M, udara tipis dan mempengaruhi sistim pernafasan kami. Ada beberapa tempat yang sangat kritis kondisinya, kami harus pindah jalur (traversing) ke kanan sejauh 10 meter, sedangkan pegangan dan injakan kaki nyaris tdk ada, untung nya sdh di pasang tambang ukuran segede 2 inch yang di ikat oleh paku tebing (pyton) berjarak 1 meter an untuk cegah ayunan karena banyak pendaki yang pindah jalur bareng bareng atau kalau ada yang terpeleset untuk kurangi ayunan tambang. Medan medan seperti ini amat menyita energi dan badan terasa capai dan bahu pegal. Untung neng Holly ingatkan untuk bawa sarung tangan, sehingga telapak tangan tidak terkelupas atau luka-luka lain pada punggung tangan, baru sadar kemudian setelah turun dan sampai di Laban Rata, bahwa sarung tangan sdh robek dan banyak terkikis. Jam 05.00 (lagi uber uber an ama waktu neh...), saya masih berkutat di km 8 di ketinggian 3900 M, karena saya sempat sakit perut 'mules' berat tak
terkendali sehingga 'menyimpang' ke suatu ceruk untuk 'buang hajat', agak repot juga musti buka buka 'seragam', belum lagi kena terpaan angina dingin Kinabalu di dini hari,..wah suatu pengalaman yang tidak terlupakan,...ruepot bener dah...

Semakin mendekati ketinggian 4000 M, nafas semakin 'berat' dan terus memburu (gimana nanti ya di Himalaya pada ketinggian nyaris 6000 M atau lewat itu..., ada yang mau nemani saya gak ya nanti coba daki salah satu Puncak di Himalaya dgn ketinggian 6000 M, misal nya ...The Island Peak (Imja Tsey - 6189 M) yang lokasi nya di Solukhumbu - Sagarmatha National Park, klo gaksalah ada di buku dan peta, letak nya di sebelah kanan jalur kita nanti ke Base Camp/ Kumbu Glacier ??? Atau agak ke Utara Pisang Peak (Jong Ri - 6091 M) yang lokasi nya jauh ke Utara di Annapurna Conservation Area, klo ini lbh cocok untuk Ian & Mario yang tinggal lebih lama dan punya waktu banyak. Ini baru rencana, itupun kalau kondisi memungkinkan. ..Mario/Sani, ..dah cari info blon???). Kaya nya Kang Hanto, Ian dan Mario berminat ya...??? Atau yang lain boleh, tapi kudu fisik nya musti prima dan gak main main... Yahnama nya juga baru 'bermimpi'.. .siapa tahu...

Akhir nya saya sampai Puncak G.Kinabalu (disebut juga Low's Peak, ketinggian 4095,2 M) jam 06.00, tepat ketika semburat fajar pertama menyingsing di ufuk timur, wah terharu,sendu dan mengucap syukur krn bisa menikmati karunia dan keagungan Tuhan dengan ciptaan Nya keindahan alam semesta. Dingin di badan, hangat di hati, apalagi beberapa pendaki 'menangis' sesengguk an. Saya menyempatkan mengambil beberapa foto untuk mengabadikan keindahan tersebut, kalau kita melihat kearah lazuardi barat, tampak bayang bayang G.Kinabalu jelas tercetak kokoh di langit biru...indah nya. Tidak lama saya di Puncak, setelah berdoa,merenung dan mengirim sms ke Cak Teddy Ghozali yang selalu monitor perjalanan saya lewat sms, dukungan semangat nya dan pesan agar selalu hati hati dan dapat kembali ke Jakarta 'utuh' sangat mengharukan, mengingatkan penting nya arti persahabatan maka saya langsung 'tancap gas' terus turun gunung kembali ke Gunting Lagadan Hut untuk ambil sisa barang, terus ke Laban Rata untuk makan siang. Perjalanan pulang, turun gunung
lancar dan cepat meskipun lebih berbahaya dgn resiko terjatuh atau terjadi cedera lutut karena benturan yang terus menerus saat turun gunung(nasehat Sani ber ulang ulang selalu terngiang, agar saya tdk cedera lutut seperti Sani , ..kata nya sdh gak 'muda an' lagi he he he ). Embusan angin pagi dan elusan mentari pagi yang hangat mengiringi perjalanan turun saya dari Puncak
Kinabalu. Pemandangan sangat indah dari Puncak di pagi hari, hamparan lembah, jurang, tebing, patahan silih berganti, dengan cepat saya tiba di Gerbang Sayat-Sayat untuk melaporkan kembali nya saya di Sayat-Sayat Gate, setelah di catat jam kembali saya di perbolehkan melanjutkan perjalanan. Administrasi mereka sangat rapi dan disiplin petugas tinggi. Dengan cara ini, maka bila ada Pendaki yang mengalami kecelakaan, tersesat atau hilang
sangat mudah di ketahui dan di deteksi sejak dini. Yah wajar saja, kan Pendaki membayar cukup mahal untuk dapat mendaki ke G.Kinabalu itu. Jadi naik dari Gunting Lagadan ke Puncak sekitar 3 jam an dan turun dari Puncak kembali ke Gunting Lagadan hanya 1 jam 35 menit, lumayan cepat.

Makan siang di Laban Rata setelah pendakian ke Puncak Kinabalu adalah moment yang sangat mengesankan karena nikmat sekali yang diidam idam kan semua pendaki, ketika kelelahan, ngantuk, otot pegal, lapar bercampur jadi satu,
sambil menunggu pesanan makan siang dgn kopi/teh panas manis, mata menerawang jauh ke lembah yang terhampar, melihat muka muka capai pendaki lain yang baru tiba di Laban Rata, ada yang terseok seok dgn beban ransel yang menjepit,... sungguh merupakan kenikmatan tersendiri, terutama mengingat kemarin kami mengalami hal yang sama ketika menghadapi tanjakan G.Kinabalu yang tiada habis nya...senyum pun tanpa terasa muncul di bibir...wong edan yo, tul ??? (gaya Cak Teddy Ghozali...).

Setelah puas ber malas malas an di Laban Rata dgn segala 'kemewahan' nya jam 10.00 saya memutuskan turun ke Timpohon Gate di Kinabalu Park, kalau ingat masih 3300 M - 1700 M = 1600 M dan melewati 7 pos, agak 'engap' juga, padahal sebagian tenaga sdh keluar sejak kemarin, terutama untuk pendakian dini hari tadi ke Puncak dan perjalanan cepat dari Puncak ke Laban Rata, jadi yah agak nyantai saja mau nya. Waktu turun menjadi lebih sadar kalau perjalanan ke G,Kinabalu sangat terjal, banyak tampak turunan yang hampir tegak lurus, melipir tangga kayu/baja dgn ketinggian di atas 10 meter langsung tanpa 'break', jadi untuk turun ekstra hati hati karena badan cenderung 'jatuh terlempar' kebawah, sedangkan waktu naik setahap demi setahap dan sering berhenti sehingga tidak terasa. Dari Laban Rata ke Layang Layang masih tetap terfavorit yang menyandang predikat rute 'pembunuh'. Telapak kaki saya terutama ujung ibu jari, mulai sakit karena jari jari kaki terdorong ke ujung sepatu dan kerap sebagai tahanan agar tubuh tidak terus meluncur,sementara pinggang mulai pegal, juga otot paha bawah karena menahan beban badan waktu turunan. Pos demi Pos dapat di lalui dgn lancar,meskipun kelelahan lebih sering menerpa dan menghela nafas dalam untuk menetralisir nya, sehingga jam 14.00, setelah 4 jam dari Laban Rata saya sdh melapor di Timpohon Gate sebagai tanda penyelesaian pendakian G.Kinabalu, mobil yang saya charter sdh menunggu di Timpohon Gate, yang membawa ke Kinabalu Park Office, ambil barang yang di titip di locker, ambil sertifikat, beri tip Matius Munggin, terus langsung naik mobil ke Kota Kinabalu.

Jam 16.00 tiba di Kota Kinabalu (lumayan, bisa curi tidur sebentar di mobil), langsung di antar ke Hotel Jesselton di 'down town', check in, rendam badan dan kaki di bath tube dgn air panas sejam, sore keluar hotel, cari makanan,..ini yang nikmat cari nasi, sayur, sup dan daging semur....weleh weleh nikmat sekali. Malam masih sempat putar Kota Kinabalu sampai jam 22.00, dan tidur.

Sabtu 5 Agustus jam 7.30 sudah di Bandara Kota Kinabalu untuk transit ke Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, dan jam 12.30 terbang ke Jakarta dengan Royal Brunei Airlines , yang tiba di Bandara Soekarno Hatta jam 14.00. Welcome Home.....and back to normal activities.. ..oh dear...!!!


Secara keseluruhan perjalanan ini mengasyikkan dan unik. Malaysia mampu mengemas alam yang di punyai nya dgn apik yang pada akhir nya dapat menghasilkan uang (devisa) masuk dalam jumlah besar. Setiap hari tidak kurang dari 300 pendaki yang naik ke G.Kinabalu, tetapi karena pengaturan yang rapi, tidak terasa penuh, sepanjang jalan masih terasa saya mendaki
gunung hanya berdua dgn Matius Munggin, sesekali bersua dgn pendaki yang turun, atau menyalip dan di salip pendaki lain. Hari hari libur lebih banyak lagi. Minat orang asing (bule) sangat tinngi untuk mendaki G.Kinabalu, karena penanganan yang sangat baik dari National Park Management nya, publikasi yang gencar, keamanan, kemudahan, kenyamanan, ada Hut, restoran,semua serba wah...tentu saja kita membayar cukup mahal.

Saya yakin kalau di Indo ada yang berani memulai, seperti di awali dgn G.Gede di Jawa, G.Agung di Bali, G.Rinjani di Lombok, G.Kelimutu di Flores, pasti akan banyak pengunjung, karena gunung gunung itu punya daya tarik dan keindahan 'lebih dahsyat' dari G.Kinabalu, dan punya potensi nilai jual yang lebih tinggi dari G,Kinabalu di Sabah Malaysia,... nah masalah lain nya adalah masalah keamanan dan kestabilan politik, sosial yang menjadi kunci utama....Siapa yang berani memulai....Siapa yang berani menggarap suatu Taman Nasional atau Resorts untuk menjadi tambang uang yang menggiurkan di masa depan....bukan hanya sekedar bisnis, tetapi lebih terhadap kecintaan akan alam semesta ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa....setelah ini, maka duit akan datang dgn sendiri nya.



Salam Mahitala,



Budi Hartono Purnomo (BHP)
M-78188 AS

0 Comments:

Post a Comment

<< Home