25 September 2006

Laporan Perjalanan ke G. Kinabalu (4095.2 M), Sabah - Malaysia, t gl 3 dan 4 Agustus 2006 (Part 1)


Rekan -rekan semua, sungguh beruntung saya bisa melakukan perjalanan ke Sabah Malaysia, dengan Kota Kinabalu (KK) sebagai ibu kota nya dan menyempatkan mendaki G.Kinabalu (4095,2 M), pada hari Kamis 3 Agustus dan Jumat 4 Agustus 2006. Negeri ini indah, teratur, bersih dan rasa kekeluargaan nya kental, tak terdengar derak kerusuhan, bentrokan antar etnis, kecuali kejahatan kecil yang di lakukan para pendatang karena himpitan ekonomi di negeri rantau, yang terjadi sporadis di beberapa sudut kota, secara keseluruhan situasi kota aman dan tenang.

Agak getir juga kalau mengingat kondisi sosial di tanah air yang masih sarat dengan intimidasi dan bentrokan berdarah dengan macam macam latar belakang dan alasan (semalam jadi juga eksekusi mati Fabianus Tibo cs). Padahal Sabah yang di juluki " Land below the wind" ini cukup jauh terpisah dengan Negara induk nya yang terletak di Semenanjung Malaka, berjarak 2 jam penerbangan. Orang Malaysia "pintar" menjual Negara nya dan diri nya sendiri dan tak bosan selalu mengatakan yang terbesar atau ternama, misal nya terbesar di RT VII/RW 07 (sekedar contoh saja), yang pasti mereka bangga dgn bangsa dan Negara nya, ini salah satu yang pantas di tiru.

Sepintas Sabah 'lebih-maju' di bandingkan dengan 'saudara-saudara' nya yang lain yang juga terletak di wilayah Borneo(Kalimantan) itu. Banyak aturan dibuat dan di taati untuk melindungi kelangsungan adat budaya setempat dan konservasi alam dan hutan lindung nya, sehingga mampu di jual kepada para turis mancanegara dengan harga yang tinggi.

Perjalanan ini di rencanakan agak mepet, merupakan 'perpanjangan' dari kunjungan kerja ke Bandar Seri Begawan, Brunei Darusalam yang kami lakukan dari tgl 29 Juli - 3 Agustus 2006, kemudian tgl 3 Agustus 2006 jam 21.30, saya terbang dari Bandar Seri Begawan ke Kota Kinabalu selama 30 menit. Dari Kota Kinabalu naik mobil selama 2 jam menuju Kinabalu Park, untuk bermalam di Hill Lodge (RM 135 ; 1 RM = Rp 2500) yang di kelola oleh Sutera Sanctuary
Lodges, salah satu operator hotel terkemuka di Malaysia. Memasuki Kawasan Kinabalu Park, sudah terasa bahwa warisan alam yang di akui sebagai salah satu Warisan Dunia - World Heritage - Patrimoine Mondial yang merupakan salah satu kebanggaan Negara Malaysia ini di kelola dengan baik dan sangat professional. Tak percuma bahwa orang menyebut "National Park Management" dari Kinabalu Park adalah salah satu yang terbaik di dunia dalam mengelola
alam dan lingkungan nya. Karena itu orang Malaysia menyebut G.Kinabalu dgn sebutan : Mt.Kinabalu is the focal point of Kinabalu Park, Malaysia's First World Heritage Site, which conserves one of the richest assemblages of biological diversity and spectacular natural landscapes in tropical Southeast Asia. (...sedap benar encik..., perasaan di Indo banyak yang lebih bagus neh...yah itulah kelebihan mereka di banding kita...he he he...)


Pagi itu Kamis 3 Agustus 2006, saya tiba di Kinabalu Park jam 00.15, masuk Kinabalu Park bayar RM 15 (penduduk local cuman RM 3), registrasi dan ke front office untuk ambil kunci kamar, dapat di Hill Lodge 1, wah gede juga dan 'pemborosan' krn hanya dipakai sendiri. Kamar standard hotel bintang 2 atau 3 gitu, tempat tidur double,ada hot shower dan lain lain, setelah beres beres barang dan re-packing ransel, baru tidur jam 02.30 dini hari untuk bangun jam 06.00 karena mau urus ijin pendakian jam 07.00 (jam kantor buka). Udara dingin dan sepi, aroma dan suasana perjalanan di gunung dah di mulai, sekelebat ingat alam Situ Lembang, kabut nya, aroma hutan nya, dingin nya dan sepi nya...

Sesuai rencana jam 06.00 bangun, mandi, beres beres, urus perijinan sekalian check out dan titip barang (bayar lagi 1 koper/ransel bayar RM 10 untuk di simpan di locker room), karena saya hanya akan bawa 1 ransel isi keperluan pendakian saja. Makanan hanya bawa coklat batangan dan keju dan beberapa botol air mineral.
Pendaftaran dan administrasi di layani dgn cepat (bukti mrk professional) . Setelah membayar : Mountain Guide Fee (rute : Timpohon Gate - Peak - Timpohon Gate) = RM 70, Climbing Permit RM 100(Malaysian hanya RM 30), Insurance RM 7, Sertifikat RM 10 dan biaya transfer ke Timpohon Gate RM 15, saya boleh naik dan di dampingi Matius Munggin sebagai Mountain Guide nya.

Wah perjalanan dah di mulai neh, makan pagi cuman di ganjel sandwich keju aza dgn telur ayam 2 butir, mudah mudah an bahan bakar itu mampu menghantar sampai Laban Rata (3300 M) tujuan perjalanan hari ini, karena saya merencanakan bermalam di Laban Rata (tapi akhir nya dapat di Gunting Lagadan - 3323,5 M , sekitar 5 menit perjalanan ke atas lagi, dapat Bunk Bed bayarRM 46 semalam , sekamar diisi 4 orang). Tujuan awal ke Timpohon Gate dengan mobil, lapor, data kita sdh ada di sana, tinggal di cocok an saja, setiap pendaki mendapat "pening" seperti kartu kredit sebagai Kartu Tanda Identitas yang di kalungkan di leher sekaligus sebagai pass masuk. Timpohon Gate terletak di punggung gunung dan di bibir jurang yang sempit. Jalan ke atas ditutup oleh dua lapis Gate dari pintu baja dengan gembok yang selalu tertutup dan di jaga petugas. Hampir dipastikan sulit menerobos masuk, kecuali lewat jalur lain, tapi sangat sulit medan nya. Di sini mereka melakukan kontrol terhadap semua pendaki yang naik dan turun, data semua lengkap, ada juga warung kecil yang menjual perlengkapan2 kecil yang biasa nya pendaki sering lupa, spt film, baterei, makanan kecil, obat2 an...dll, tapi harganya juga mulai ...lumayan.. .

Jam 8.30 tepat saya mulai start dari Timpohon Gate (1700 M), karena masih 'fresh' jadi main jalan cepat saja, apalagi medan masih belum terlalu terjal. Track mudah, cukup lebar dan terawatt, jauh lebih baik dari track di G.Gede, di beberapa tempat di buatkan tangga kayu, bahkan tangga besi untuk memudahkan pendaki berjalan, juga pegangan tangga, semacam pagar kayu di tempat tempat berbahaya. Pondok pertama yaitu Pondok Kandis kurang dari 45
menit dah di lewati. Seperti pondok pondok lain nya, di setiap lokasi pemberhentian ada satu pondok lengkap dengan atap, tempat duduk, meja, peta sederhana, jarak jarak ke pondok di depan nya dan di belakang nya, ketinggian tempat, deskripsi tempat, tumbuhan..dll. Ada KM/WC, sumber air untuk cuci muka dan membersihkan diri, tempat sampah tertutup,pokok nya rapi dan bersih.Saya terus melaju sambil ngobrol dengan Matius Munggin yang ternyata merupakan rekan seperjalanan yang cukup enak, tanpa terasa Pondok Ubah (Pondok ke 2) sdh di lewati dan jam 10.10 tiba di Pondok Lowi (Pondok ke 3) dgn ketinggian 2267,4 M, tanjakan mulai berat&terjal kaki mulai agak pegal krn tempo yang cepat.

Sepanjang jalan ini masih menembus hutan hujan tropis yang tdk begitu lebat, sejauh ini biasa biasa saja. Gunung gunung di Indo banyak yang medan nya jauh lebih bagus, spt Semeru, Argopuro, Arjuno, apalagi Rinjani, bahkan Merapi dan Merbabu pun pemandangan sepanjang jalan lebih indah. Seperti yang telah saya kemukakan dalam milis terdahulu, daya tarik G.Kinabalu lebih bertumpu pada pengelolaan National Park Management nya, trus ketinggian yang tembus di atas 4000 M dan lokasi di luar Indo. Selebih nya gunung gunung di Indo lebih indah, perawan dan menantang.

Tanpa terasa Pondok Mempening (Pondok ke 4) juga sdh di lewati untuk terus menuju Pondok Layang-Layang (Pondok ke 5),tak terasa jalan saya sdh mulai melambat, kaki terasa pegal dan nafas sering memburu. Mulai masuk medan yangberat, Matius Munggin bilang medan terberat pertama adalah dari Layang-Layang ke Laban Rata, banyak pendaki biasa nya putus dan kandas di sini krn pengaturan tempo yang salah, biasa nya dari Layang-Layang ke Laban
Rata menjadi terseok seok. Ucapan itu benar sekali, di beberapa titik saya mulai merasa capai dan kaki agak kejang, untung bisa di atasi dan sampai Pondok Villosa (Pondok ke 6) jam 12.30, saya istirahat agak lama, minum sedikit dan makan coklat&keju, rasa nya perlu tambahan bahan bakar cadangan.

Ini gunung tanjakan nya benar benar edan, nanjak terus gak ada abis nya, seperti naik tangga gedung tinggi tanpa ada 'bordes' untuk luruskan kaki. Selama perjalanan banyak bertemu pendaki lain, hanya ada 2 kelompok besar, yaitu : Melayu(pendaki lokal, spt anak sekolah, karyawan muda muda, pencinta alam) dan kelompok Bule (orang asing). Sekilas ada Tim dari Bristol (18 orang) - Inggris, kota kelahiran pesawat AirBus dgn type terbaru A-380 nya yang mematahkan dominasi pesawat Boeing 767 pesawat komersial kebanggaan Amerika. Seperti kita ketahui selama ini Boeing dan AirBus saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Juga ada rombongan dari Jerman, Perancis, Australia, Belanda. Sedangkan dari Indo cuman 1.

Jam 14.00 setelah mendaki selama 5,5 jam dari Timpohon Gate dan melewati Pondok Paka (Pondok ke 7) sebelum Laban Rata, saya sampai di Laban Rata, yang merupakan daratan di pinggir jurang seluas 0,5 hectare, lengkap dgn helipad dan bangunan semi permanent seperti : Waras Hut, Burlington Hut, Panar Laban Hut, Gunting Lagadan Hut, tak terkecuali "Kapal Induk nya" Laban Rata Resthouse yang merupakan penginapan terfavorit krn ada restoran besarnya di lantai 2.

Wah....mewah sekali untuk ukuran pendaki gunung, yang saya lakukan adalah duduk selonjor gantung kaki di teras, melihat di kejauhan lembah lembah dan hamparan biru pegunungan, ditingkah angin sejuk ketika sampai di Laban Rata. Order pertama adalah 1 poci teh panas manis (untuk refill air panas bayar tambahan RM 2,5), baru sejam kemudian setelah puas melamun , baru order Nasi Goreng tambah ekstra 1 Telur goreng dan 2 telur rebus. Untuk makan malam saya pesan 1 set Sandwich + extra telur (take away), krn malas turun makan dari tempat nginap di Gunting Lagadan Hut ke Laban Rata (kira kira jalan 10-15 menit pp, tapi tanjakan nya itu bo...gak tahan). Saya nongkrong di Laban Rata sekitar 3 jam, ngobrol dgn pendaki asing dan petugas Taman Nasional yang mengelola Resort itu. Mereka buat peraturan setiap rombongan musti sewa Mountain Guide seharga rata rata RM 70 untuk menberikan income penduduk asli daerah itu (orang dusun-istilah mereka), dgn salah satu syarat Mountain Guide waktu turun gunung harus membawa kantong/karung besar isi sampah yang di ambil dari tempat sampah yang di sediakan di setiap Pondok atau sampah2 yang di kumpulkan krn tercecer di sepanjang jalan. Mountain Guide juga punya kewajiban ikut 'bebersih gunung' di event2 khusus untuk menjaga agar gunung tetap bersih dan rapi. Dengan cara ini kebersihan gunung terjaga, kalau dilihat sampah2 yang di bawa para Mountain Guide itu cukup banyak, bisa di bayangkan kalau di biarkan berserakan seperti di G.Gede, saya rasa G.Kinabalu tak kalah jorok nya. Dengan cara itu mereka mengatasi sampah di G.Kinabalu. Mountain Guide di bayar mahal, uang nya dari para pendaki yang diminta bayar mahal, tapi pendaki menerima pelayanan, kenyamanan dan keamanan.

Jam 17.00 saya naik ke Gunting Lagadan Hut,'check-in' di kamar pojok yang sdh diisi : Andrew, Marcus, Henk yang pendaki muda dari Belanda, saya 'penumpang' yang ke empat. Kamar sempit berdinding tripleks, hanya ada 2 ranjang sempit bersusun dgn lebar 80 cm,hanya ada selimut 2 buah untuk tiap ranjang. Jarak antar ranjang 1 meter, jadi kalau beberes ransel musti
giliran krn akan 'tabrakan' bila semua bareng2 beberes ransel. Agar gampang ransel saya naikkan ke ranjang saja biar leluasa. Menjelang magrib saya masih menikmati enak nya di gunung, memandang matahari terbenam di ufuk barat, meskipun terhalang awan dan kabut, duduk2 di atas batu dengan teman dari Bristol, ceritera tentang Negara masing masing, ketika udara semakin dingin kami masuk ke Hut.

Di 'ruang tamu' Hut sdh cukup ramai dengan pendaki lain, ada sekitar 30 yang menginap di Gunting Lagadan Hut, ada dapur dgn kompor gas, peralatan masak, peralatan makan yang bisa di pakai dan dicuci setelah nya. Saya berkenalan dgn banyak pendaki lokal (Malaysian-Melayu) . Ada hal yang nyata perbedaan nya di sini. Para pendaki Bule, hanya basa basi say hello, simple greeting langsung masuk kamar, keluar kalau ke KM/WC, sementara pendaki lokal berkumpul. Mereka sangat ramah, lebih ramah ketika mereka tahu saya datang dari Indo - Jakarta ... dan sendirian pula. Mereka heran dan berulang kali tanya mana teman yang lain nya. Sedemikian ramah nya, saya di 'layani' layak nya tamu agung (bagi pendaki gunung): dibuatkan kopi susu, di masak in super mie pakai kornet, terus ada teh manis, telur, aneka snacks. Ketika saya mau cuci peralatan makan, mereka bilang gak usah, biar mereka aza yang tangani krn ada pembagian tugas, ada tim yang cuci peralatan. Saya terkesima dan terharu,alhasil malam itu saya kenyang banget, jadi sandwich dan telur yang sdh di beli bisa untuk konsumsi besok pagi,..wah wah..wah. Yah itulah keramahan dan rasa kekeluargaan para Pendaki Gunung di Indo, juga di Sabah-Malaysia, yang bersifat Universal tentu nya.

Jam 20.00 saya mohon pamit mau istirahat dulu dan re-packing ransel lagi, dgn mempertimbangkan cuaca hari hari ini dan 'feeling' akan terang dan cuaca bagus&tidak hujan, saya tinggal beberapa peralatan yang sdh susah2 di bawa dari Jkt untuk kurangi beban, spt : jas hujan (ponco), sweater,kaos, topi,sleeping bag, sebagian makanan&minuman, celana panjang&kaos kaki cadangan,sarung, sehingga ransel jadi ringan, karena mau ke Puncak (Summit Attack) secara cepat. Rencana saya akan bangun jam 02.00 dan paling lambat jam 03.00 sdh mendaki, agar sempat melihat matahari terbit di ufuk timur yang mempesona itu.


Demikian Laporan Perjalanan ini, akan di sambung seri 2, tentang perjalanan ke Puncak G.Kinabalu (4095,2 M), minggu depan.




Salam Mahitala,



Budi Hartono Purnomo (BHP)

M-78188 AS

1 Comments:

At October 03, 2006 12:49 PM, Anonymous Anonymous said...

Cerita & pemaparannya informatif.

Boss, fotonya kok cuma satu (1) ?
Kata orang foto juga banyak bicara !

Salam M74005APor (eyang)

 

Post a Comment

<< Home