20 July 2007

Memory of SAR Argopuro 2006

Teman-teman penikmat Blog Mahitala,
Kalau saya boleh mencoba menarik kembali hari-hari di tahun lalu, saya teringat pada sebuah suasana yang rasanya cukup heboh dan cukup membuat hiruk-pikiuk di sekitar kita. SAR Argopuro yang berlangsung selama 52 hari dari tanggal 1 Febuari 2006 hingga tanggal 24 Maret 2006 menyisakan sejuta kenangan bagi kita semua. Saat ini saya mencoba menampilkan kembali foto-foto yang moga-moga tetap dapat menjaga semangat kita sebagai sebuah keluarga....
Terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu SAR Argopuro ini. Sungguh, tanpa kalian semua, SAR ini pasti tidak akan berjalan dengan baik. Terima kasih...

Selamat menikmati...

salam,
Audy Tanhati
M 2000511 ATSA


Gambar 1 (dok : Mahitala Unpar)
Posko awal SAR Argopuro yang menumpang sebuah pos polisi di Bremi. Almarhum Sancosh (kemeja kotak-kotak di tengah) yang menjabat sebagai SAR Mission Coordinator (SMC) sedang memberikan briefing kepada SRU 4 yang akan menuju Cisentor (pos On Scene Coomander - OSC). Di sini, struktur SAR sudah dicoba diterapkan dengan sangat baik walau kelengkapan SAR masih sangat minim. Hubungan dengan pemerintahan setempat sudah dilakukan. Sambil terus mengirimkan SRU, posko SAR terus dibenahi menjadi jauh lebih layak.


Gambar 2 (dok : Mahitala Unpar)
Posko SAR Baderan yang berfungsi sebagai posko logistik SAR Argopuro. Di posko ini adalah titik start bagi para porter untuk mengirimkan dukungan logistik bagi para tim SAR di Cisentor. Posko SAR Baderan ini adalah sebuah rumah dinas bagi para petugas Konservasi Dan Sumber Daya Alam Pegunungan Hyang. Di posko ini pula, Vinsensius (survivor) memulai perjalannnya menuju ke Argopuro. Di sinilah survivor terlihat untuk terakhir kalinya.


Gambar 3 (dok : Mahitala Unpar)
Suasana briefing yang dilakukan oleh Bowo (duduk di kursi) kepada SRU 8 yang akan memulai perjalan mereka ke Posko OSC di Cisentor yang dimulai dari Posko SAR Baderan. Tujuan pengiriman SRU 8 melalui jalur Baderan adalah untuk mengumpulkan data-data yang kiranya ditinggalkan oleh survivor. Dan jalur utama pengiriman SRU tetap dilaksanakan dari posko SAR Krucil karena dinilai lebih cepat untuk tiba di Posko OSC di Cisentor.


Gambar 4 (dok : Mahitala Unpar)
Didieb Ajibaskoro (duduk di lantai di depan motor) sedang mencoba memastikan kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh SRU 8 yang akan segera meluncur ke Posko OSC di Cisentor melalui jalur Baderan.


Gambar 5 (Dok : Mahitala Unpar)
Kegiatan packing konsumsi di Sekeretariat Mahitala Unpar Bandung yang dilakukan oleh Norman, salah satu tim pendukung di Bandung untuk turut membantu kelancaran tim SAR Mahitala Unpar yang terus diberangkatkan.


Gambar 6 (Dok : Mahitala Unpar)
Pelepasan Tim SAR Mahitala gelombang ke 3 dilakukan di depang Sekertariat Mahitala Unpar Bandung. Pengiriman Tim SAR Mahitala terus dilakukan secara pergelombang untuk terus membantu dan mendukung opersi SAR Argopuro.


Gambar 7 (Dok : Mahitala Unpar)
Papan informasi yang ada di Sekretariat Mahitala Unpar Bandung mengenai laporan cuaca, penghubung, perkiraan pergerakan survivor, data survivor, pergerakan operasi SAR, jadwal keberangkatan alat transpotasi dan informasi-informasi penting lainnya.


Gambar 8 (Dok : Mahitala Unpar)
Alat komunikasi yang digunakan oleh Posko SAR Mahitala di Bandung. Tampak sebelah kanan adalah radio 2 meter band yang digunakan untuk koordinasi antar pecinta alam seBandung Raya mengenai operasi SAR ini. Dan sebelah kiri adalah radio Single Side Band (SSB) rakitan milik Bapak Omen (Wanadri) yang bertujuan untuk direct coomunication ke Posko SAR Krucil dan Posko OSC di Cisentor.


Gambar 9 (Dok : Mahitala Unpar)
Spanduk dan petunjuk jalan menuju ke posko SAR Krucil.




Gambar 10 (Dok : Mahitala Unpar)
Suasana Posko SAR Krucil ketika akan melepas SRU 9 menuju titik start pendakian Argopuro melalui jalur Bremi.


Gambar 11 (dok : Mahitala Unpar)
Suasana di dalam posko SAR Krucil (posko pengendali utama) yang dibuat senyaman dan seinformatif mungkin yang memudahkan para staf SMC dan SRU dalam bekerja mengumpulkan informasi, melakukan perencanaan, dan membuat laporan.


Gambar 12 (dok : Mahitala Unpar)
Kesibukan di Dapur Umum yang terdapat di Posko SAR Krucil.


Gambar 13 (dok : Mahitala Unpar)
Alat pendukung komunikasi yang ada di Posko SAR Krucil yang terdiri dari radio 2 meter band (kiri) yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan posko relay Mahapena di Jember dan Posko SAR Baderan. Dan radio SSB (kanan) yang berfungsi untuk komunikasi langsung dengan Posko OSC Cisentor, Posko SAR Mahitala (Bandung), dan Posko SAR Wanadri (Bandung).


Gambar 14 (Dok : Tim SAR Jogja)
Mbah Retno, pemilik rumah yang rumahnya dijadikan Posko SAR Krucil di Bremi. Beliau dengan sukarela turut membantu operasi SAR ini dengan memberikan nasehat-nasehat yang berhubungan dengan keadaan Desa Bremi dan Operasi SAR Argopuro ini.


Gambar 15 (dok : Mahitala Unpar)
Tim SAR sedang melakukan pencarian dengan teknik hasty untuk mengumpulkan data yang lebih banyak mengenai keberadaan survivor.


Gambar 16 (dok : Mahitala Unpar)
SRU 8 sedang melakukan tugas pertamanya yaitu menuju Posko OSC di Cisentor melalui jalur Baderan untuk melaporkan kedatangannya dan siap bertugas.


Gambar 17 (dok : Mahitala Unpar)
Para porter (penduduk asli desa Baderan) yang siap untuk melakukan pengiriman logistik ke sekian kalinya ke Posko OSC di Cisentor.


Gambar 18 (dok : Mahitala Unpar)
Para porter yang dengan sigapnya memulai pengiriman logistik menuju Posko OSC di Cisentor. Tanpa jasa mereka, rasanya operasi SAR Argopuro pasti akan menghadapi banyak sekali kendala.


Gambar 19 (dok : Mahitala Unpar)
2 orang porter tampak sedang membawa genset dan solar untuk supply kebutuhan listrik supaya penerangan dan alat komunikasi dapat berfungsi di osko OSC di Cisentor selama SAR Argopuro berlangsung. Walaupun apa yang mereka bawa sangat berat, kecepatan mereka bergerak tidak kalah dengan kecepatan para SRU yang sedang menuju Posko OSC Cisentor.


Gambar 20 (dok : Mahitala Unpar)
Setelah genset tiba di Posko OSC di Cisentor, maka langsung saja penerangan disiapkan oleh staf OSC. Tampak didalam gambar Mario yang menjabat sebagai OSC ( menggunakan torniket warna hijau) sedang berkoordinasi dengan Ambrin Siregar (topi hitam) dan Menir dari Wanadri (sedang merokok) mengenai rencana operasi selanjutnya.


Gambar 21 (dok : Mahitala Unpar)
Suasana briefing di Posko OSC di Cisentor yang dilakukan oleh OSC Mario (torniket hijau) yang mengawali kegiatan SAR Argopuro.


Gambar 22 (dok : Mahitala Unpar)
Sisi lain bentuk briefing kegiatan oleh OSC untuk mengawali kegiatan SAR Argopuro. Tampak briefing ini diikuti pula dengan serius oleh para porter yang sedang melepas lelah mengangkut kebutuhan logistik dari Baderan.


Gambar 23 (dok : Mahitala Unpar)
Toss penyemangat sebelum melepas keberangkatan para SRU untuk bertugas. Di sini seakan tidak ada perbedaan bagi kami para tim SAR. Kami semua melepaskan semua atribut organisasi, almamater, suku, jenis kelamin, ras dan agama untuk satu tujuan. Menemukan survivor.


Gambar 24 (dok : Mahitala Unpar)
Pencarian dilakukan hingga ke Puncak Rengganis untuk terus mencari survivor. Tampak dalam foto Eko Teguh (memakai tas) yang berasal dari SAR Mahameru, Malang tengah membicarakan pergerakan selanjutnya. Momen tersebut juga diabadikan oleh Nanang dari Wanadri (sedang memotret).


Gambar 25 (dok : Mahitala Unpar)
Selain daerah-daerah normal, tim SAR juga melakukan pencarian hingga ke goa-goa atau cerukan-cerukan. Tampak Abdian Sidabutar sedang mencari hingga ke dasar goa untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.


Gambar 26 (dok : Mahitala Unpar)
Lokasi-lokasi berbahaya yang juga tidak luput dari tim SAR Argopuro.


Gambar 27 (dok : Mahitala Unpar)
Suasana Puncak Arca (dekat dengan Puncak Argopuro). Menurut informasi yang dikumpulkan di Bandung, tempat ini juga merupakan tempat yang menjadi target survivor untuk dikunjungi.


Gambar 27 (Dok : Wanadri)
Sulitnya jalur pencarian dan minimnya peralatan pencarian kadang mempersulit tim SAR untuk bergerak lebih leluasa. Tetapi dengan berani dan tentu saja perencanaan keamanan yang matang membuat pergerakan tetap dilakukan dalam kondisi apapun. Bambang Eko (Wanadri) sedang memanjat tebing penghalang yang terdapat dalam daerah pencarian.


Gambar 28 (Dok : Wanadri)
Arfan (Wanadri), sedang mengumpulkan air yang dibutuhkan untuk minum dan masak. Daerah pencarian yang terdapat mata air permanen tidak menghalangi tim SAR untuk terus beraktifitas.


Gambar 29 (dok : Mahitala Unpar)
Penyusuran sungai Cisentor menuju Rawa Embik dilakukan untuk mencari mata air panas yang diduga menjadi salah satu lokasi yang dikunjungi oleh survivor.


Gambar 30 (dok : Mahitala Unpar)
Salah satu sisi kawah Rengganis yang menjadi salah satu prioritas daerah pencarian.


Gambar 31 (dok : Mahitala Unpar)
Tebing dengan ketinggian puluhan meter yang merupakan kawah purba di kawasan pegungungan Hyang.


Gambar 32 (dok : Mahitala Unpar)
Makan siang dan briefing singkat oleh SRU dilakukan di sela-sela pencarian.


Gambar 33 (dok : Mahitala Unpar)
Setelah satu hari pencarian, beberapa SRU yang tidak melakukan operasi malam atau flying camp di lapangan melakukan evaluasi mengenai pergerakan hari ini untuk mendapatkan informasi terbaru yang akan digunakan sebagai bahan acuan untuk pergerakan selanjutnya. Evaluasi ini biasanya dilakukan di pondok Cisentor yang merupakan Posko OSC. Di pondok ini pula survivor meninggalkan ransel dan alat-alat lainnya dan membawa beberapa peralatan penting untuk melakukan summit attack.


Gambar 34 (Dok : Wanadri)
Selain di dalam pondok, evaluasi dilakukan di api unggun. Terlihat pada foto, Klotok dari Wanadri sedang memberikan laporan pergerakan yang dilakukan oleh timnya.


Gambar 35 (dok : Mahitala Unpar)
Selain pencarian langsung di lapangan, di Bandung sendiri dilakukan doa bersama untuk kesuksesan pencarian dan keselamatan bagi survivor serta tim SAR yang ada di lapangan.


Gambar 36 (dok : Mahitala Unpar)
Daun Pulus atau daun Djancok yang banyak sekali ditemu di kawasan pegunungan Hyang ini. Daun ini menjadi momok bagi para tim SAR karena bila terkena daun ini, kulit akan terasa perih, panas dan gatal.


Gambar 37 (dok : Mahitala Unpar)
Doni Sau dari Mahitala Unpar (kiri) dan Dodi dari Wanadri sedang duduk di dekat bekas perapian yang diduga milik survivor yang terletak di antara puncak Argopuro dan puncak Arca.


Gambar 38 (dok : Mahitala Unpar)
Patung Arca yang terdapat di puncak Arca dan merupakan salah satu obyek yang diduga hendak dilihat oleh survivor.


Gambar 39 (dok : Mahitala Unpar)
Kawah Sijeding, mati yang terletak diantara kawasan puncak Argopuro dan puncak Rengganis.


Gambar 40 (dok : Mahitala Unpar)
Marker warna orange (pohon sebelah kiri) yang merupakan tanda lokasi ditemukannya gelas biru bertuliskan ACE HARDWARE yang merupakan milik survivor.


Gambar 41 (dok : Mahitala Unpar)
Jalan setapak menuju puncak Argopuro dan puncak Rengganis. Terlihat stringline warna merah yang bertujuan untuk menjebak survivor agar dapat berjalan kembali pada jalur yang benar langsung menuju paosko OSC di Cisentor.


Gambar 42 (dok : Mahitala Unpar)
Stringline warna merah yang dipasang dari posko OSC di Cisentor hingga kawasan puncak Argopuro dan Rengganis. Rasanya ini adalah stringline terpanjang yang pernah digunakan dalam oprasi SAR yang juga menghabiskan berpuluh-puluh bulung besar tali rafia warna merah.


Gambar 43 (dok : Mahitala Unpar)
Suasana Evaluasi Akhir SAR Vinsensius Argopuro - 2006 di posko SAR Krucil yang dihadiri oleh hampir semua peserta tim SAR untuk mengambil kesimpulan dan evaluasi dari apa yang telah dilakukan oleh tim SAR Argopuro selama ini.


Gambar 44 (dok : Mahitala Unpar)
Buto (bersarung coklat), SMC yang menggantikan almarhum Sancosh sedang melakukan evalusai dan pengumpulan data terhadap SRU yang selesai melaksanakan tugasnya di posko OSC di Cisentor.


Gambar 45 (dok : Mahitala Unpar)
Audy (mengenakan torniket hijau), wakil SMC dan Ananda (kacamata, baju hitam) sedang memimpin evaluasi akhir di posko SAR Krucil. Dan evaluasi kali ini juga dihadiri oleh Ketua Dewan Pengurus Mahitala Unpar, Sofyan (baju putih di belakang Ananda).


Gambar 46 (dok : Mahitala Unpar)
Hasil temuan tim SAR Argopuro selama operasi SAR. Tampak gelas warna biru milik survivor yang ditemukan oleh tim SAR.


Gambar 47 (dok : Mahitala Unpar)
Puncak Argopuro dilihat dari posko SAR Krucil, tempat operasi SAR Vinsensius Argopuro - 2006 berlangsung selama 52 hari. Walau tidak menemukan survivor, operasi SAR ini berjalan dengan sangat baik dan tentunya merupakan memori yang tidak mungkin kami lupakan sebagai Tim SAR gabungan dan Anggota Mahitala Unpar.

7 Comments:

At May 22, 2014 9:42 PM, Blogger Unknown said...

Keren bets...

 
At May 22, 2014 9:42 PM, Blogger Unknown said...

This comment has been removed by the author.

 
At May 08, 2017 11:25 PM, Blogger Unknown said...

Turut berduka

 
At December 21, 2018 12:27 PM, Blogger Unknown said...

turut berduka, tapi kisahnya menarik sekali - masih penasaran kenapa Vincent yang notabene tidak pernah naik gunung, berani solo menjelajahi argopuro dengan peta yang sudah tidak valid jalurnys

 
At January 24, 2019 4:12 PM, Blogger Unknown said...

Pengen lihat bukunya seperti apa?

 
At April 26, 2019 4:31 PM, Blogger Barokah said...

Waktu itu Argopuro masih sangat sepi

 
At October 08, 2020 11:17 AM, Blogger Unknown said...

Nyari bukunya dimana ya?

 

Post a Comment

<< Home