12 June 2007

Sepotong Catatan dari perjalanan ke Semeru, 5 - 8 Juni 2007

Sumbangan cerita dari Bejo-AMWA....

Silahkan....



Sepotong Catatan Dari Perjalanan Ke Semeru, 5 - 8 Juni 2007

7 Juni 2006, 23.46 wib, dan mataku sudah tak ingin terpejam lagi .. Suara – suara langkah kaki yang tadi ada sudah hilang, seluruh anak Atmajaya dari tenda sebelah sudah berangkat, summit!

”Ra, gwa udah ngga bisa tidur lagi, gwa bangun duluan ya”

Meninggalkan tenda Coleman itu tidak terasa berat, api unggun di depan tenda tetangga pasti akan lebih menghangatkan malam ini. Duduk diatas kursi biru yang sengaja kubawa dari Jakarta, meniup bara api & memandang langit ..

Langit cerah malam ini, cukup banyak bintang terlihat, udarapun tidak terlalu dingin di Kalimati, tapi tetap aku memutuskan untuk mendobel saja jaket polar dengan raincoat ku juga..


01.15, segelas cokelat hangat & 2 lembar Pancake mengisi perut sebelum akhirnya kami putuskan untuk bergerak, aku, Ipung, Ira & Irul, memulai perjalanan menuju puncak Mahameru, sedang Eko tinggal di tenda untuk menjaga semua perlengkapan. Ini adalah perjalanan pertama ke Mahameru untuk aku, ipung, ira .. sedang untuk irul nyaris 50x sudah dia menjelajah di puncak itu..

Saat mulai masuk ke dalam kawasan hutan menuju Arcopodo, udara mulai terasa panas tapi aku biarkan saja raincoatku tetap terpasang, diatas pasti akan sangat dingin nantinya. Pergerakan kami agak melambat di awal perjalanan ini karena Ipung ternyata kurang baik kondisinya, sebentar-sebentar kami berhenti dan membiarkan Ipung duduk dulu dan mengumpulkan tenaga untuk jalan lagi .. Irul berjalan paling depan, tapi selalu cahaya Maglite di tangannya masih tertangkap mataku ..

”Gwa ngga apa-apa kok, cuma kleyengan aja” itu kalimat yang selalu diucapkan ipung saat berhenti dan istirahat.. Melihat wajahnya, melihat mimik Ipung waktu itu kaenya dia sudah lelah sekali walau belum jauh kami berjalan, belum sampai ke Arcopodo.

”Rul, ketinggian tempat ini berapa sih kira-kira?” saat irul sedang ada di dekat kami aku iseng bertanya.

”Kira-kira diatas 3000 mba”.. bisa jadi karena kondisi fisiknya kurang begitu fit, bisa jadi penyakit ketinggian yang mulai datang ke Ipung, diatas 3000 M dpl ini.. Sempat teringat tahun 2000 waktu mendaki ke Rinjani, teman seperjalananku juga mengalami hal seperti Ipung, mulai berhalusinasi dalam perjalanan menuju puncak..

Sebentar-sebentar ipung kami tawarkan minum, dengan harapan dia akan buang air kecil, seharusnya itu akan membantu memulihkan kondisinya, dan di Arcopodo, Ipung pipis & setelah itu memang keleyengannya mulai hilang ..

Pergerakan kami rasanya lambaaattt sekali di awal ini, namun ternyata setelah di cross check dengan info dari Irul, waktu tempuh kami masih seperti seharusnya. Bagus!

Hujan sudah mulai turun dengan riangnya saat kami berada di daerah Arcopodo, suhu udara mulai turun dengan cepat, suara angin mulai terdengar menderu .. Ada 3 tenda kami temukan & semuanya kosong, akan ramai sepertinya di atas nanti, perapian yang masih menyala menemani kami menghangatkan badan beberapa saat, subuh itu..

Perjalanan lalu dilanjutkan & masih dengan formasi yang sama Irul lalu Ira lalu Ipung lalu Joan, berjalan perlahan menuju batas hutan pinus itu. Akhirnya kami tiba di batas vegetasi hutan & di kejauhan banyak cahaya sedang mengarah menhadap kami. Cahaya – cahaya itu hanya berhenti, mereka sedang berada di Cemoro Tunggal, kata Irul.

Angin sudah bertiup semakin kencang, dingin ini tidak menyenangkan, namun kami belum dapat memutuskan akan naik atau turun saat itu.. Semua mata memandang ke arah pendar cahaya di Cemoro Tunggal, kadang hilang dibalik kabut, lalu muncul lagi.

Ntah dari mana asalnya pikiran itu, sambil menatap ke atas, kearah kabut, aku lalu nyelutuk ”Gwa percaya loh Gunung itu memilih sendiri siapa yang boleh sampai ke puncaknya dia ato ngga”.. diam, ngga ada yang nanggapin, mungkin kalimat itu kurang tepat saat ini he he .. setelah sampai disini, semua orang tentu ingin sampai di puncak.

”Mba, kalo sbt kita selesai & mereka ngga turun, kita naik ya” sbt yang dimaksud Irul adalah ”sebatang” rokok, dan begitu sebatang berlalu cahaya di cemoro tuggal itu malah ada yang bergerak ke kanan & ke kiri, ngga jelas naik apa turun & kami putuskan untuk naik.

Kabut makin tebal, angin makin menderu kencang..

Kakiku terasa dingin sekali, hanya ada celana pendek dibalik celana raincoatku yang ngga begitu tebal. Saat berjalan aku masih bisa mengalihkan pikiranku dari dingin yang merayap naik itu, tapi saat Ipung berhenti & duduk beberapa saat, dingin itu mulai terasa perih.. Kondisi Ipung sudah sangat membaik, udah ngga keleyengan lagi, sekarang ini dingin yang menyerang paling kuat.. Hanya aku yang membawa walking stick dalam perjalanan ini dan dia terbukti sangat membantu, menjaga aku tidak merosot dari langkah-langkah kakiku di atas pasir yang mulai basah itu ..

Ira & Irul kadang terlihat, namun seringkali tidak terlihat. Bukan karena mereka sudah melesat di depan, tapi karena kabut & air hujan yang turun sangat membatasi pandangan mata..

“Pung, loe baik-baik aja?”

”Iya, ngga apa, gwa Cuma mau berhenti bentar ya..” selalu begitu jawabnya tiap kutanya.. Setiap berhenti menjadi saat mengamati Ipung dengan lekat, kondisinya memang sudah membaik setelah pipis tadi, dia sekarang hanya lelah & dingin.

Begitulah, pelan – pelan, sangat perlahan kami naik terus & terus .. Aku sudah tidak dapat merasakan jari-jari tanganku lagi, yang sebelah kanan membengkak karena dingin, dan tidak mungkin kumasukkan kedalam kantong raincoat, aku memegang walking stick di sebelah kanan ..

”Jo, tangannya Ipung udah beku” .. aku terdiam, menatap tanganku sendiri..

”Iya pung, tangan gwa juga udah bengkak.. kalo kita gerak terus mungkin ngga begitu berasa” .. ngga mungkin sih ngga berasa, tapi melihat Ipung saat itu duduk begitu saja diatas pasir & menunduk menatap tangannya, aku ngga tau harus gimana lagi.

”Jo, Ipung mau minum” aku lalu menunduk, menyodorkan sedotan dari hydrobag di punggungku ..

”Kok ngga keluar Jo airnya, abis ya?” nah loe..mampuslah kalo ampe ini abis, berarti Ipung udah ngabisin hampir 1 L air sendirian, aku baru 1 seruput & Ira 2 seruput tadi..

Saat melihat ke atas, kabut benar-benar tebal, tidak ada tanda-tanda Ira & Irul. Melihat Ipung saat itu sempat membuat satu pikiran melintas .. harusnya dibatas vegetasi tadi kami tidak usah naik..

Beberapa saat kami hanya diam, duduk begitu saja menahan dingin, memaksa otak tetap berpikir, menjaga kesadaran tetap ada. Ipung lalu mulai bergerak berusaha bangun, ”Udah pung, jalan lagi ya..” dia hanya diam.. menggerak-gerakkan tangannya..

”Jo, nafas loe bagus banget ya.. Ayo Ipung semangat.. ayo Ipung semangat” dan dia bicara pada dirinya sendiri.. seperti Ipung yang kukenal, dia tidak akan pernah menyerah.. Tapi melihat Ipung saat ini, dalam kondisi fisik seperti sekarang, ditengah badai seperti sekarang.. aku menangis, air mata itu jatuh tidak tertahan, untunglah gelap menyembunyikannya. Aku masih berdiri diam dibelakangnya dan dia mulai melangkah lagi, aku dapat mendengar dia mendesis ”ayo Ipung semangat”..

Terus begitu, ritmenya semakin baik.. dan kami lalu bertemu dengan kelompok dari Atmajaya. Bedanya, kami berada di jalur yang benar &mereka di lembah kecil disebelah kiri jalur pendakian kami. Ada 2 orang yang sudah berhasil naik ke jalur kami saat itu, namun saat aku melihat kebawah ada banyak orang, belasan sepertinya, semuanya dijalur lembah itu. Pastinya mereka sedikit terlindung dari angin, tapi aku ngga tau jalur itu diatasnya akan gimana nantinya.. Mereka sedang berdebat tentang akan naik atau turun, karena ada suara perempuan yang bertanya satu-satu ”Loe naik ato turun” begitu selalu.. jawabannya ada yang ”naik”, tapi lebih banyak yang ”turun” rasanya. Aku & Ipung lalu melewati 2 orang itu dan melanjutkan perjuangan kami ..

Angin semakin kencang semakin tinggi kami naik, sekeliling masih hanya putih, dan kami terus mengikuti jejak langkah Ira & Irul di pasir basah itu.. Gerakan anginnya terlihat sangat jelas, karena seperti larik-larik cahaya putih, angin itu bergerak membawa kabut bersamanya, tak pernah usai, tak pernah lelah..

Perlahan terang mulai datang, head lamp sudah tidak memberi cahaya lagi, namun Ira & Irul belum terlihat, hanya bayangan batu-batu besar mulai terlihat di depanku.. Terang yang mulai datang tidak mengurangi dingin, namun dapat melihat lebih jelas itu memberi sedikit rasa tenang.. Dan tidak lama kemudian aku melihat bayangan raincoat kuning sedang duduk, Ira! Sambil kami bergerak naik perlahan, mereka terlihat bergerak turun juga..

”Mba Joan, kondisi cuacanya ini tidak mendukung mba..” Hah.. Irul sudah tidak bisa bicara dengan normal, gerakan mulutnya sangat tidak wajar, dia pasti sangat kedinginan. Aku melihat Ira, pucat tapi kondisinya masih baik, itu memberi sedikit rasa tenang. Irul mengulang lagi kalimatnya karena aku belum menjawab dia ”Mba, kondisi cuaca ini sangat tidak mendukung” .. aku diam & berpikir sejenak.

”Joe, muka kau pucat sekali..” kata Ira, pandangannya koatir melihat wajahku.

”Iya Ra, gwa kedinginan sekali, tap gwa ngga papa. Ya udah, Ipung loe duduk dulu, kasih crackers ke Ipung. Kita duduk bentar, abis itu kita turun” Ya, kita akan turun.

Kembali ke Irul, ada rokok yang mulai basah diantara jemarinya, belum terbakar. ”Rul, rokokmu kenapa” ”Ngga bisa dihidupin mba, udah dari tadi”

Ira menguatkan kenyataannya ”Ngga bisa Jo, udah dari tadi dia coba”..

Rokok akan sedikit menghangatkan di altitude ini, pikirku. Setelah itu satu menit ke depan aku & Irul & 1001 gaya kami menahan angin, menahan perih dari jemariku yang berusaha menghidupkan lighter.. dan rokoknya pun hidup. Duh senengnya..

Kira-kira 5 menit beristirahat & kami mulai turun ..

”Semeru kami pulang dulu ya, ntar balik lagi ya, semoga boleh liat puncakmu” hanya itu yang kuteriakkan sambil memandang ke belakang, hanya ada putih disana. Pergerakan agak cepat, walau penuh adegan-adegan jatuh.. Menjelang Cemoro tunggal sempat agak kebuka sedikit kabutnya, matahari mengintip beberapa jenak & hujan juga mulai reda, seakan – akan dari tadi dia hanya menunggu kami turun..

Setelah beristirahat sebentar kami turun lagi, lagi-lagi salam perpisahan..” Cemoro tunggal, kita pergi dulu, sampai ketemu lagi ya” ..ha ha, aku akan kembali lagi pastinya!!

Senangnya saat bertemu manusia lain, di Arcopodo ada segerombolan anak Atmajaya sedang berdiri mengelilingi api yang ngga kalah ama hujan. Ada tetangga kita di Kalimati, mereka memang 2 kelopok 5 orang nge camp di Kalimati & 7 di Arcopodo. Ngga lama kita turun duluan menuju Kalimati, lalu baru mulai bergerak kita melewati 1 tenda kosong ”Itu anak-anak Bekasi itu mba, 2 orang. Mereka tadi naik sama anak-anak Atmajaya, tapi waktu semua orang turun mereka masih naik..” Kata Irul. Hemh, belakangan kami ketahui hari itu mereka memang tidak kembali, bahkan kemudian SAR dibuka & Semeru ditutup untuk pendakian, saat kami sudah turun gunug keesokan harinya. Saat catper ini dibuat, keduanya sudah ditemukan dalam kondisi baik.

Pagi itu tiba di Kalimati lagi, melihat tenda basah itu lagi rasanya sangat menyenangkan. . Masak memasak dimulai, kembali menghangatkan badan dengan api unggun rasanya sangat menyenangkan. . Hari ini hujan tidak berhenti sampai malam saat kami tiba di Ranu Kumbolo, namun kenyataan bahwa kami telah melewati 1 malam yang luar biasa bersama, dan baik-baik saja, memberi senyum dalam menghadapi hujan hari itu.

Hampir 10 tahun sejak perjalanan ”Wandering Season” kami ke Balease, kami berjalan bersama lagi di Semeru.

Terima kasih Tuhan, kami masih boleh berjalan bersama.. ..

Irul & Eko juga, thank you so mwach yak!!

Ira.. Ipung.. loe b'2 tau deh!!!

.. kalo foto-fotonya udah di upload, tak kabari lagi ya ..


from : Dewi Joan Sibarani (Bejo) - M 97470 AMWA

0 Comments:

Post a Comment

<< Home