19 May 2007

PENDAKIAN KE PUNCAK-PUNCAK GUNUNG DI PEGUNUNGAN HIMALAYA - Bagian I : Mimpi itu menjadi kenyataan, dari Jakarta ke Sagarmatha terus ke Himalaya

Hai....
Setelah absen beberapa waktu untuk esekian kalinya, saya akan coba menampilkan sebuah cerita bersambung karya Veteran Mahitala yang konon masih saja getol melakukan kegiatan alam bebas layaknya anak-anak muda. Berikut ini adalah cerita-cerita BHP mengenai pengalaman yang masih saja terlintas di pikiran kita sewaktu Perjalanan EBC Mahitala Unpar tempo hari...

Selamat menikmati !

Audy Tanhati
M 2000511 ATSA

nb : Pejuang Tua sudah mulai unjuk gigi....ayo mana hasil karya pejuang muda...??



PENDAKIAN KE PUNCAK-PUNCAK GUNUNG DI PEGUNUNGAN HIMALAYA

Bagian I :

Mimpi itu menjadi kenyataan, dari Jakarta ke Sagarmatha terus ke Himalaya

Men play at tragedy because they do not believe in the reality of the tragedy which is actually being staged in the civilized world.

Jose Ortega y Gasset.

Gambar 1 - Suasana menjelang keberangkatan Kloter 2
di Bandara Soekarno Hatta – Kamis, 26 OKT 2006

Haru biru perasaan menyeruak dan menyergap dalam ke relung kalbu pagi itu, Jumat 27 Oktober 2006. Mata nanar memandang dari jendela pesawat kearah kanan, kearah deretan pegunungan tinggi berselaput salju yang memanjang berbaris tak ada habis nya. Masih tercenung mata menerawang ke pegunungan itu yang diseling puncak-puncak menjulang langit dengan awan putih berarak di bawah nya.

Ditingkah desing mesin pesawat jenis Boeing 747 Thai Airways yang mulai mengurangi ketinggian, pikiran terus berputar, apakah mimpi akan menjadi kenyataan, paling tidak dalam sebulan kedepan kami ber 21 akan berkutat dan mengembara di salah satu celah Pegunungan Himalaya itu, yang paling tidak dalam kurun waktu 30 tahun menjadi obsesi dan mimpi mimpi saya untuk dapat ke sana.

Sebelum menerawang lebih jauh pesawat sudah mendarat di Pelabuhan Udara di Kathmandu, Nepal jam 10.30. Setelah selesai dengan urusan Imigrasi kita keluar dari Bandara dan di jemput Mr. Nava pimpinan First Environmental Trekking Pte. Ltd dan beberapa rekan dari kloter 1. (beda waktu adalah 1 jam 15 menit, Nepal lebih dulu). (Gambar 2)

Gambar 2 - Sebagian anggota Tim Ekspedisi setelah menerima kalung bunga ucapan selamat datang

Kelompok terbang 1: berangkat lebih awal yaitu Senin, 23 Oktober 2006, terdiri : Ambrin Siregar, Hasan Sunardi, Chandra Heru, George, Susanto, SieLing, Syamsuliarto, Irsan, Irma dan Suhanto dari San Diego langsung. Kelompok terbang 2: berangkat Kamis 26 Oktober 2006, terdiri dari : Sani Handoko, Milug, Didiet, Lily Nababan, Olin, Chaca, Mario, Ian, BHP dan Hani & Tisi dari Kualalumpur, ketemu di Bangkok waktu transit. (Gambar 1)

Rencana besar ini diawali dengan ide rekan rekan Mahitala yang terus di matangkan dan di motori Sani Handoko hingga terwujud. Paling tidak kami bisa mengembara di puncak puncak tinggi kelas “dunia” dan menginjak salju.

Persiapan demi persiapan sudah di mulai dari penghujung tahun 2005, diteruskan sepanjang tahun 2006 hingga waktu keberangkatan. Yang mengesankan adalah anggota ekspedisi ini melibatkan lintas antar waktu dan benua, melibatkan 11 angkatan di Mahitala, dengan perbedaan usia hampir 3 putaran shio dan antar Negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Amerika. Menarik dan berkesan melakukan perjalanan bersama keluarga besar Mahitala, dalam jumlah besar dan situasi berbeda, terutama usia. Kebingungan, kurang percaya diri, ragu-ragu serta gamang amat mewarnai suasana saat itu.

Lucu juga, banyak kawan yang dahulu sudah pernah melakukan perjalanan dan ekspedisi masih “bingung” dalam persiapan peralatan dan memenuhi “check-list” perjalanan yang telah di buat George yang waktu itu rajin mengingatkan kita. Nafsu belanja sudah nampak yang di motori Susanto yang selalu datang pertemuan dengan barang barang yang sudah di beli lengkap dengan spesifikasi dan harga yang membuat anggota lain jadi “minder”. (ternyata hobby belanja ini tetap di juarai Susanto, baik di Nepal, Bangkok maupun Singapore).

Kathmandu, Ibu kota Nepal dengan Thamel (sbg pusat seperti “down-town” nya) memang sarat dengan daya tarik sebagai Kota atau Negara tujuan pendakian ke “atap-atap” dunia. Suasana sudah terasa ketika kaki menjejak bandara, yang di penuhi turis “back packer”, perlengkapan pendakian dan jumlah cargo yang besar. Kathmandu kota berdebu dengan tingkat kebisingan teratas di dunia, jamak menemukan sapi berdiri santai di lampu merah perempatan jalan raya. Binatang yang di sucikan ini seolah punya hak istimewa di negara gerbang Selatan atap dunia ini. Nepal Negara kecil yang amat tergantung dari pemasukan “fee” yang di tarik dari para pendaki gunung dan devisa yang di bawa masuk para turis. Negara ini tahu persis memanfaatkan kelebihan tersebut.

Melintasi kawasan Thamel dengan lorong nya sudah cukup mewakili profil Negara ini, karena letak Geografis nya maka bagian selatan di dominasi etnis India, sementara di belahan Utara di dominasi etnis Gurkha dan Cina, kebudayaan juga campuran sehingga unik. Agama Budha masih dominant, disusul Hindu, kemudian agama lainnya. (Gambar 3)

Gambar 3 – Kawasan Tamel dengan lorong-lorong perdagangannya

Toko-toko banyak menjual souvenir dan perlengkapan pendakian gunung, serta kain sutera yang merupakan hasil utama, juga kerajinan tangan dan pisau legendaries “kukrie” yang sempat melegenda krn merupakan senjata andalan tentara Gurkha yang merupakan bagian tentara khusus Kerajaan Inggris Raya, yang dikenal sangat pemberani, tangguh dan sangat setia.

Jumat 27 Oktober 2007 itu merupakan hari panjang dalam persiapan perjalanan di area Solokhumbu, menuju area Sagarmatha di utara. Udara sejuk Kathmandu yang hingar bingar dengan ucapan khas bahasa Nepali, paling tidak sudah di mulai “aklimatisasi” menyeluruh. Besok pagi-pagi jam 05.00 sudah di mulai perjalanan sebenar nya, di mulai terbang ke Lukla (2840 M), untuk seterus nya akan berjalan setiap hari hingga ke Kallapatthar,….dan …Everest Base Camp…maka …Moment of Doubt…sudah di mulai…


0 Comments:

Post a Comment

<< Home