INTO THE WILD (Part 4 - Stampede Trail *bersambung*)
Jack London adalah Raja
Alexander si Petualang Super
Mei 1992
Tulisan yang ditatah di atas sepotong kayu, ditemukan di dekat jenazah Chris McCandless
Hutan cemara yang gelam memberengut di kiri kanan anak sungai yang membeku itu. Embusan angin baru saja meniup salju putih yang menyelimuti pepohononan dan mereka seperti saling condong ke arah yang lain, hitam dan buram di bawah cahaya temaram. Sebuah keheningan yang sangat luas menelimuti daratan itu. Daratan itu sendiri merupakan sebuah kesunyian, tanpa kehidupan, tanpa gerakan, begitu sepi dan dingin, bahkan jiwa si daratan itu sendiri tidak diliputi kesedihan. Ada tawa yang samar, tetapi tawa ini lebih menakutkan daripada bentuk kesedihan manapun – sebuah tawa yang tidak mengandung keriangan, seperti senyuman Sphinx, sebuah tawa yang dingin seperti salju, dan bagian yang tidak tereelakkan dari kesuraman. Daratan itu merupakan kebijakan abadi yang sangat berkuasa dan terlepas, yang menertawakan kesia-siaan hidup dan upaya kehidupan. Daratan itu adalah si Liar, tanah Utara yang ganas dan berhati beku.
Jack London, White Fang
Di batas utara Alaska Range, sebelum tubuh kukuh Gunung McKinley dan puncak-puncak kecil di seputarnya beubah menjadi daratan rendah Kantishna, sebaris perbukitan landai yang dikenal dengan nama
Jalan tanah tersebut dibuka pada 1930-an oleh seorang penambang legendaries dari
Proyek itu terhenti pada 1963: ruas jalan sepanjang 80 km berhasil dibangun, tetapi tidak ada satu jembatan pun yang dibangun di atas aliran sungai yang memotong jalan tersebut. Tidak lama kemudian, rute tersebut dianggap tidak bisa dilalui karena cairan salju bawah permukaan dan banjir musiman. Yutan menarik kembali dua dari ketiga bus itu kembali ke jalan raya. Bus ketiga ditinggalkan di tengah jalan tanah untuk menjadi tempat berlindung bagi para pemburu dan penjerat binatang. Selama tiga dekade setelah pembangunan jalan itu berakhir, hampir seluruh badan jalan rusak karena erosi, tertutup semak belukar dan kubangan berang-berang, tetapi bus itu masih berdiri di tempatnya.
Reruntuhan bus buatan International Harvester keluaran tahun 1940-an itu ditemukan 40 km di barat Healy sebagai rumah burung gagak hitam, berkarat di tengah semak belukar di samping Stampede Trail, tepat di tepi Hutan Suaka Alam Nasional Denali. Mesinnya sudah hilang. Beberapa jendelanya sudah pecah-pecah atau hilang dan pecahan botol-botol wiski mengotori lantainya. Catnya yang berwarna hijau-putih sudah hampir pupus dimakan karat. Dari huruf-hurufnya yang berkarat dapat dibaca bahwa bus tua itu dahulunya merupakan bagian dari Sistem Transit Antarkota Fairbanks No. 142. Akhir-akhir ini, bukan hal yang aneh jika bus itu tidak dikunjungi manusia selama enam atau tujuh bulan, tetapi pada awal September 1992, enam orang dari tiga kelompok yang terpisah secara kebetulan datang ke lokasi terpencil tempat bus itu berada, pada sore yang sama.
Pada 1980, wilayah Hutan Suaka Alam Nasional Denali diperluas sehingga mencakup Perbukitan Kantishna dan wilayah pengunungan paling utara Outer Range, tetapi sepetak tanah dataran rendah yang berada di tengah wilayah hutan nasional yang baru itu tidak termausk ke dalamnya: sepetak tanah sempit dan memanjang yang dikenal sebagai Kotapraja Wolf yang arealnya meliputi setengah bagian pertama wilayah Stampede Trail. Karena wilayah seluas sebelas ribu kali empat puluh tiga ribu meter ini di tiga sisi diapit oleh wilayah hutan nasional yang dilindungi, tempat tersebut banyak dihuni oleh serigala, beruang, keribu, rusa besar, dan binnatang-binatang lain. Tempat rahasia ini dijaga oleh para pemburu dan penjerat binatang local yang menyadari adanya anomali tersebut. Begitu musim berburu rusa besar dimulai pada musim gugur, sejumlah pemburu secara khusus akan dating ke lokasi bus tua di tepi Sungai Sushana itu, di tebu barat jalan tanah yang tidak termasuk wilayah hutan nasional, kira-kira 3 km dari batas wilayah hutan nasional.
Ken Thompson, pemilik sebuah bengkel di anchorage, Gordon Samel, pegawainya dan teman mereka Ferdie Swanson, seorang pekerja bangunan, bergerak menuju bus tersebut pada 6 September 1992 untuk berburu rusa besar. Tempat itu tidak mudah dijangkau. Kira-kira 16 km dari ujung ruas Stampede Trail yang sudah diperbaiki, jalan tanah itu memotong Sungai Teklanika, sebuah sungat yang sangat deras dan dingin, air sungai itu tampak bening karena mengandung butiran-butiran es. Jalan tanah itu menuju ke tepi sungai tepat di atas sebuah ngarai yang sempit, ngarai tempat arus Sungai Teklanika berubah menjadi putaran air yang deras dan berwarna putih. Karena enggan mengarungi sungai yang sangat deras dan berwarna putih susu ini, banyak orang mengurungkan niat mereka untuk maju lebih jauh.
Namun, Thomson, Samel, dan Swanson merupakan penduduk
“Aku yang turun pertama kali,” kata Thompson. “Lebar sungai itu kurang lebih dua puluh tiga meter dan benar-benar deras. Aku mengendarai sebuah Dodge four wheel drive buatan tahun 1982 yang sudah ditinggikan dan memiliki empat buah roda, setiap roda berukuran 71 cm dan air sungai naik hingga ke kap mobil. Pada satu titik aku sempat berpikir bahwa aku tidak akan mampu menyeberangi sungai itu. Mobil Gordon dilengkapi sebuah kerekan berkekuatan empat ribu kilogram dan dipasang di bagian depan mobil; aku mengatur agar Gordon berada tepat di belakangku supaya bisa menarikku jika tiba-tiba hilang dari pandangan.”
Thompson tiba di seberang sungai tanpa insiden apapun, diikuti oleh Samel dan Swanson dengan mobil bak terbuka mereka. Di bak belakang dua dari tiga mobil tersebut ada kendaraan kecil yang dirancang untuk menempuh segala bentuk
0 Comments:
Post a Comment
<< Home