19 October 2006

INTO THE WILD (Part 1 - Catatan Penulis)

CATATAN PENULIS





Pada April 1992, seorang pemuda dari keluarga kaya di Pantai Timur melakukan perjalanan ke Alaska dengan menumpang kendaraan, kemudian berjalan sendirian memasuki alam liar di utara Gunung McKinley. Empat bulan kemudian, tubuhnya yang sudah membusuk ditemukan oleh sekelompok pemburu rusa besar.

Tidak lama setelah mayatnya ditemukan, aku diminta oleh redaktur majalah Outside untuk melaporkan situasi yang membingungkan seputar kematian anak muda tersebut. Nama pemuda itu ternyata Christopher Johnson McCandless. Berdasarkan penelitian yang kulakukan, pemuda itu dibesarkan di Kota Washington, D.C. yang makmur, di tempat itu dia meraih prestasi akademis uang mengagumkan dan dikenal sebagai atlet andal.

Sesaat setelah lulus dengan terpuji dari Universitas Emory pada musim panas 1990, McCandless menghilang dari pandangan. Dia mengganti namanya, menyumbangkan seluruh tabungannya sebesar dua puluh empat ribu dolar untuk amal, meninggalkan mobil dan hampir seluruh kekayaannya, serta membakar uang tunai yang ada di dompetnya. Kemudian, dia menciptakan model kehidupan bari untuk dirinya sendiri, menetap di tengah alam liar di luar lingkungan masyarakat, mengembara menjelajahi Amerika Utara dalam upayanya mencari pengalaman yang murni dan transcendental. Keluarganya sama sekali tidak tahu dimana atau apa yang terjadi pada dirinya sampai jenazah ditemukan diAlaska.

Bekerja dengan tengah waktu yang sangat ketat, aku berhasil menulis artikel sembilan ribu kata yang dimuat dalam majalah Outside edisi Januari 1993. Tetapi, ketertarikanku kepada McCandless terus menguat, lama setelah artikel malajah Outside itu digerai-gerai majalah dan koran digantikan oleh berita-berita jurnalistik yang lebih mutakhir. Aku terus dibayangi oleh informasi detail tentang kelaparan yang menimpa pemuda itu, serta oleh kesamaan yang samar dan mengusik dalam kehidupannya dengan peristiwa-peristiwa di dalam kehidupanku sendiri. Tidak ingin kisah McCandless sirna begitu saja, aku menghabiskan lebih dari setahun untuk menelusuri kembali jalan rumit kisah kehidupan yang membawa McCandless ada ajalnya di daerah taiga Alaska (daerah dilingkaran kutub yang dipenuhi hutan tanaman pinus yang selalu hijau, terletak tepat di selatan wilayah tundra – penerj.), memburu informasi terperinci tentang pengembarannya dengan ketertarikan yang mengarah pada obsesi. Dalam upayaku untuk memahami McCandless, akhirnya aku berhasil mengungkap masalah yang lebih penting: kuatnya daya tarik alam liar terhadap imajinasi pada warga Amerika, kuatnya daya pikat kegiatan-kegiatan beresiko tinggi bagi para pemuda dengan sudut pandang tertentu, kerumitan dan kuatnya tekanan dalam hubungan antara para ayah dan anak laki-laki mereka. Hasil dari pencarian yang berliku-liku ini dituangkan dalam buku yang ada di hadapan Anda.

Aku tidak akan mengaku sebagai penulis biografi yang tidak berpihak. Kisah McCandless yang aneh menggetarkan bagian diriku yang paling dalam sehingga menuturkan tragedi ini tanpa sikap yang memihak merupakan kemustahilan. Meskipun demikian,di hampir seluruh bagian buku ini aku selalu berusaha – dan kupikir umumnya aku berhasil – meminimalkan kehadiranku sebagai penulis. Aku ingin mengingatkan para pembaca bahwa: aku kerap menyisipkan sekelumit kisah pengalaman masa mudaku sendiri ke dalam kisah kehidupan McCandless. Aku sangat berharap bahwa pengalaman-pengalamanku akan memberikan sebuah sudut pandang yang berbeda terhadap peristiwa membingungkan yang dialami Chris McCandless.

Dia seorang pemuda yang sangat intens dengan sisi-sisi idealis yang kukuh yang sulit berbaur dengan kehidupan modern. Pemuda yang sejak lama mengagumi karya-karya penulis Leo Tolstoy ini, terutama mengagumi cara sang novelis besar mengabaikan kehidupan yang bergelimang kekayaan dan hak-hak istimewa untuk kemudian hidup di tengah kaum papa. Di kampus, McCandless mulai meniru gaya hidup Tolstoy yang mirip pertapa dan menerapkan prinsip-prinsip moralnya sampai pada tingkatan yang pada awalnya sangat mencengangkan, tetapi kemudian membuat takut orang-orang yang dekat dengan dirinya. Ketika dia bersiap-siap untuk berangkat memasuki semak-semak Alaska, pemuda itu sama sekali tidak berharap akan berjalan memasuki tanah yang dipenuhi kolam susu dan madu; bahaya, kesengsaraan dan renusiasi ala Tolstoy (tekad untuk tidak berpartisipasi dan menolak kejahatan secara pasif – penerj.) memang hal yang dia cari. Dan, itulah yang dia temukan dalam jumlah yang berlimpah.

Meskipun demikian, selama hampir enam belas minggu hidup dalam sitausi yang sangat sulit, ternyata McCandless lebih dari mampu bertahan. Benar, jika bukan karena satu atau dua kesalahan yang tampat sepele, bukan tidak mungkin dia akan mampu keuar dari semak belukar pada Agustus 1992 sebagai pemuda tanpa nama seperti ketika dia memasukinya pada bulan April. Namun, kesalahan akibat kenaifannya berubah menjadi malapetaka yang tidak terelakkan, namanya menjadi berita utama di sejumlah tabloid, dan keluargnya yang sangat terkejut ditinggalkan dengan menggenggam serpihan-serpihan rasa cinta yang sangat dalam dan menyakitkan.

Secara mengejutkan, cukup banyak keluarga yang terpengaruh oleh kisah kehidupan dan kematian Chris McCandless. Beberapa minggu dan beberapa bulan setelah dimuat di majalah Outside, artikel itu mampu menarik lebih banyak surat pembaca dibandingkan artikel lain sepanjang sejarah penerbitan majalah tersebut. Seperti yang sudah diduga, surat-surat tersebut mengutarakan sebagai sudut pandang yang sata berbeda: Sebagian pembaca sangat mengagumi keberanian dan idealisme pemuda itu; sebagian lain mencercanya sebagai pemuda dungu yang sembrono, eksentrik dan penganut narsisme (mencintai dan mengagumi diri secara berlebihan – penerj.) yang mati karena keangkuhan dan kebodohannya sendiri – dan tidak layak mendapat perhatian media sebagaimana yang dia terima. Keyakinanku dengan cepat terbukti, tetapi aku biarkan para pembaca membentuk pendapat mereka sendiri tentang Christ McCandkess.

John Krakauer
Seattle, April 1995

0 Comments:

Post a Comment

<< Home