05 October 2006

Cimandiri, 1990


Cimandiri adalah try-out kami sebelum kami berangkat ke Bahau Kalimantan Timur. Letaknya di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Perjalanan direncanakan akan ditempuh dalam waktu 3 hari.

Pada awal hari pertama, kita hanya kole-kole, seakan-akan hanya menyusuri kali kecil, aliran irigasi. Namun seperti biasa, makin lama makin asyik. Pokoknya kalau air sudah mengenai pendayung yang terdepan, kami yakin akan lebih excited setelahnya. Dan biasanya kami benar. Pada sore hari pertama, kami berkumpul dan membicarakan masalah bagaimana kepulangan kami ke Bandung nanti. Ternyata kami terlalu bersemangat untuk try-out pra-Bahau, sehingga bokek pun berangkat, dan saling diam kalau kami tak punya cukup uang... Takut menurunkan semangat sesama tim... Akhirnya kami putuskan untuk mengirim Bowo ke Bandung untuk pinjam uang. Kami janji akan ketemu di jembatan Manonjaya pada hari terakhir. Padahal yang namanya Manonjaya itu di mana juga aku nggak tahu. Kecuali lewat saja kalau naik kereta dari Jogja menuju Bandung, aku suka nengok-nengok ke sungai di bawah jembatan.

Pada hari kedua, kami berangkat meneruskan perjalanan kami, sedangkan Bowo menuju Bandung. Yang paling aku ingat adalah ada semacam gua yang daya tariknya cukup kuat. Kami harus mengerahkan segala tenaga yang ada agar perahu tak terjepit di gua. Maklum perahu abu-abu ini pinjaman dari Yon Zipur Cimahi. Kami sedikit amplas tulisan Zipur dan cat dengan pilox biru, tentu saja tulisan penggantinya ‘MAHITALA’. Dayungnya kayu. Kayu di bagian belakang perahu di cat warna putih merah dan biru, dengan gambar semacam lidah api warna merah. Biar cantik kalau difoto, maklum ada seniman; Royke, sang Komandan Perahu. Lumayan lah gambarnya, kalau dikembangkan sedikit bisa menjadi pelukis.

Ada satu hal yang membuat aku malu sekaligus bangga… dayung yang dirancang Sur dan teman-teman waktu Bahau Kayan, yang warna biru, merah, putih tea. Yang pakai plat logam di tengahnya, biar nggak mudah putus dan dibalut dengan ban dalam sepeda, biar tangan nggak lecet.. dianggap sebagai barang antik, bahkan kata anak-anak ada teman bule yg memotretnya. Duh kalau masih ada, aku mau ambil satu dan pasang di rumahku untuk kenang-kenangan.

Pada hari terakhir, konturnya makin rapat, sehingga kami melewati banyak drop. Asyik sekali .. rasanya kayak di Dunia Fantasi. Kami hati-hati dalam menjelajahi sungai Cimandiri ini, perahu dan dayung benar-benar kami sayangi. Kami tahu susahnya mendapat perahu yang layak dan mahalnya perahu itu. Pokoknya jangan sampai lecet perahunya. Scouting, menentukan jalur dan benar-benar percaya kepada Komandan membuat manuver-manuver yang kami lakukan sesuai rencana dan tidak membuat luka yang berarti pada perahu. Kalau lecet-lecet dikit biasa laa.

Menjelang sore hari, akhirnya kami melihat dari kejauhan sebuah jembatan biru. Kami berteriak… Manonjaya… betapa senangnya. Apalagi jalur naik ke jalan raya tidak terlalu berat. Eh, Mas Bowo sudah nongkrong di sana dengan VW bertuahnya. Rombongan dibagi menjadi 2, sebagian ikut Bowo naik VW bertuahnya, sebagian naik bis umum. Yang ternyata VW-nya mogok, sehingga harus di rescue oleh Adri. Sehingga yang ikut VW menginap lagi semalam di jalan. He..he..

***

Ini gak terlalu nyambung dengan yang di atas, tapi terpikir nostalgianya. Pelajaran yang harus diterapkan ke semua anggota M antara lain sayangilah alat. Misalnya kalau habis pakai perahu, ya harus cuci bersih bersih alat, nambal kalau bocor, dikeringkan, dibedaki. Kebayang mandiin Mahitala 1 si coklat yang besar dan entah sudah berapa anak M yang menaikinya, membedakinya, bahkan badan sendiri aja jarang dibedaki.

Nambal bisa sambil nyanyi bintang kecil sampe bintang besar, karet tambalan bisa dibentuk macam-macam, ya hati kalau lagi kesengsem. Juga lakukan itu dengan penuh kesadaran, kerelaan, dan hati yang gembira.

Lenny Yulia Korniadi
M90389ADB

3 Comments:

At October 15, 2006 2:27 AM, Anonymous Anonymous said...

Lenny,
nama sungainya salah, bukan Cimandiri tapi Citanduy. Mobil yang dipake juga bukan VW Combi yang keren, tapi Jeep Willys nya Aminah dengan no pol palsu
Kita start jauh sebelum jembatan Rajapolah dan finish di jembatan kota Tasikmalaya, disamping Gedung Pramuka. Gitu lho.....
Inget bagaimana perahu kejepit di batu terus digoyang Cirebon sama Liana dan lolos he he he....

bowo
M 88318 ARJ

 
At October 15, 2006 2:27 AM, Anonymous Anonymous said...

Lenny,
nama sungainya salah, bukan Cimandiri tapi Citanduy. Mobil yang dipake juga bukan VW Combi yang keren, tapi Jeep Willys nya Aminah dengan no pol palsu
Kita start jauh sebelum jembatan Rajapolah dan finish di jembatan kota Tasikmalaya, disamping Gedung Pramuka. Gitu lho.....
Inget bagaimana perahu kejepit di batu terus digoyang Cirebon sama Liana dan lolos he he he....

bowo
M 88318 ARJ

 
At October 16, 2006 12:21 PM, Anonymous Anonymous said...

Hahahahaha apa itu goyang Cirebon??
jadi penasaran.....

 

Post a Comment

<< Home