03 November 2006

INTO THE WILD (Part 6 - Chartage *end*)


Namun, perasaan terikat yang dirasakan McCandless pada Kota Chartage terus melekat. Sebelum berangkat, dia menghadiahkan kepada Westerberg sebuah buku novel karya Tolstoy berjudul War and Peace, edisi 1942 yang sangat berharga. Di halaman sampul, dia menulis, “Diserahterimakan kepada Wayne Westerberg dari Alexander. Oktober 1990. Simak kata-kata Pierre.” (Pierre adalah tokoh protagonist dan pribadi kedua Leo Tolstoy, Pierre Bezuhov – seorang yang tidak mementingkan diri sendiri, selalu ingin tahu, dan seorang anak haram). Dan, McCandless terus berhubungan dengan Westerberg selama dia mengembara di daerah Barat, menelpon atau menulis ke Chartage setiap satu bulan atau dua bulan. Dia mengatur semua surat untuknya dikirimkan ke alamat Westerberg dan mengatakan kepada semua orang yang dia temui di kota lainnya bahwa Dakota Selatan adalah tempat tinggalnya.

Kenyataannya, McCandless dibesarkan di lingkungan masyarakat kelas mengenah di Kota Annandale, Virginia. Ayahnya, Walt, adalah seorang insinyur angkasa luar yang piawai merancang radar canggih untuk pesawat ulang-alik dan proyek-proyek tingkat tinggi lain saat dia bekerja untuk NASA dan untuk Industri Pesawat Terbang Hughes sekitar tahun 1960-an dan 1970-an. Pada 1978, Walt membuka bisnis sendiri, mndirikan sebuah perusahaan konsultan kecil yang kemudian maju pesat bersama User System, Inc. Mitra kerjanya di perusahaan tersebut adalah ibu Chris, Billie. Keluarga baru ini memiliki delapan anak: adik perempuan Chris dan enam saudara tiri Chris dari perkawinan pertama Walt.
Pada Mei 1990, Chris lulus dari UNiversitas Emory di Atlanta. Di tempat itu dia menjadi kolumnis dan editor untuk majalah mahasiswa, The Emory Wheel dan membuat dirinya terkenal saat lulusan dari jurusan Sejarah dan Antropologi dengan indeks kumulatif 3,72. Dia ditawari untuk menjadi anggota Phi Beta Kappa, tetapi menolak, bersikeras bahwa gelar dan kehormatan sama sekali tidak relevan.

Dua tahun terakhir masa pendidikan Chris sudah dilunasi dari warisan sebesar empat puluh ribu dollar yang dia terima dari seorang teman keluarganya; lebih dari dua puluh empat ribu dollar, masih tersisa saat dia lulus, uang yang menurut pikiran orangtuanya akan digunakan Chris untuk melanjutkan kuliah di bidang hukum. “Kami salah duga, “ si ayah megakui. Yang tidak diketahui oleh Walt, Billie, Carine saat mereka terbandg ke Atlanta untuk menghadiri upacara wisudanya – sesuatu yang tidak ketahui oleh siapapun – adalah Chris langsung menyumbangkansemua sisa yang ada di tabungan kuliahnya kepada OXFAM Amerika, sebuah badan amal untuk memerangi kelaparan.

Upacara wisuda jatuh pada Sabtu, 12 Mei. Keluarga itu mendengarkan pidato panjang lebar yang disampaikan oleh Sekretaris Serikat Buruh, Elizabeth Dole dan kemudian Billie mengambil foto Chris yang sedang tersenyum lebar saat melintas podium untuk menerima ijazahnya.
Keesokan harinya, bertepatan dengan hari Ibu, Chris memberi Billie permen, bunga, dan sebuah kartu yang romantis. Sang ibu terkejut dan sangat tersentuh: Itu merupakan hadiah pertama yang diterima dari putranya setelah lebih dari dua tahun, sejak sang putra mengatakan kepada orangtuanya bahwa pada prinsipnya, dia tidak mau lagi menerima atau memberi hadiah. Benar, Chris baru saja menegur Walt dan Billie yang berniat membelikan sebuah mobil baru sebagai hadiah kelulusannya dan menawarkan sejumlah untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah hukum, seandainya uang yang ada di dalam tabungannya tidak lagi mencukupi.

Dia sudah punya mobil yang benar-benar bagus, katanya bersikeras: sebuah mobil Datsun B210 yang sangat dia sukai, buatan tahun 1982, sedikit penyok, tetapi mesinnya masih sangat bagus dan baru dipakai sejauh 204.800 km. “Aku tidak percaya mereka berusaha dan ingin membelikanku sebuah mobil,” keluhnya dalam sepucuk surat kepada Carine,

Atau bahwa mereka percaya aku akan biarkan mereka membayar biaya kuliahku di fakultas hukum jika aku berniat sekolah disana… aku sudah mengatakan jutaan kali bahwa aku punya mobil yang terbaik di dunia, sebuah mobil yang sudah menelusuri benua ini mulai dari Miami sampai ke Alaska, sebuah mobil yang selama ribuan kilometer tidak pernah sekali pun menyulitkanku, sebuah mobil yang tidak akan pernah kujual, sebuah mobil yang sangat kusayangi – tetapi mereka mengabaikan kata-kataku dan berpikir bahwa aku akan menerima mobil baru dari mereka ! Aku harus sangat berhati-hati untuk tidak menerima hadiah dari mereka pada masa depan karena mereka akan berpikir mereka telah membeli kehormatanku.

Chris membeli mobil Datsun bekas warna kuning tersebut saat masih duduk di bangku SMA. Beberapa tahun sesudahnya, dia kerap melakukan perjalanan panjang sendirian jika sedang libur sekolah: dan akhir pekan setelah upacara wisuda tersebut, secara sepintas dia mengatakan kepada orangtuanya bahwa dia juga akan menghabiskan musim panas berikutnya di jalanan. Kata-kata yang dia ucapkan adalah: “Kupikir, aku akan menghilang selama beberapa waktu.”
Saat itu, tak satu pun dari kedua orangtuanya yang sungguh-sungguh menanggapi pernyataan Chris meskipun Walt dengan lembut menegur putranya dan berkata, “Hai, pastikan kamu bertemu kami sebelum pergi.” Chris tersenyum dan sepertinya dia mengangguk, tanggapan yang oleh Walt dan Billie dianggap sebagai persetujuan untuk mengunjungi mereka di Annandale sebelum musim panas berakhir dan kemudian mereka mengucapkan salam perpisahan.

Menjelang akhir Juni, Chris yang masih berada di Atlanta mengirimkan melalui pos, fotokopi hasil ujian akhirnya: nilai A untuk “Apartheid, Masyarakat Afrika Selatan dan Sejarahnya Ditinjau dari Sudut Pandang Antropologi”, A minus untuk mata kuliah “Politik Afrika Modern dan Kris Makanan di Afrika”. Sebuah pesan pendek terselip di dalamnya:

Ini fotokopi hasil ujian akhirku. Semua nilaiku cukup memuaskan dan aku mendapatkan IPK tinggi.
Terima kasih untuk foto-fotonya, alat cukur, dan kartu pos yang dirikim dari Paris. Sepertinya kalian benar-benar menikmati perjalanan ke sana. Pasti sangat menyenangkan.
Aku memberikan foto untuk Lyoyd (teman terdekat Chris di Emory) dan dia sangat berterima kasih; dia tidak punya foto saat ijazahnya diberikan.
Tidak banyak peristiwa yang terjadi, tetapi udara mulai benar-benar panas dan lembab di tempat ini. Sampaikan salamku untuk semua orang.

Itulah kabar terakhir yang diterima keluarga Christ darinya.
Selama tahun terakhir di Atlanta, Chris tinggal di luar kampus dalam sebuah kamar sangat sederhana yang hanya berisi sehelai kasur yang digelar di lantai, sebuah kotak susu, dan sebuah meja. Dirawat kamarnya dengan apik dan bersih layaknya sebuah barak militer. Dia juga tidak memiliki telepon sehingga Walt dan Billie tidak bisa menghubungi.

Sampai awal Agustus 1990, orangtua Chris tidak pernah lagi mendengar berita dari anaknya, yaitu sejak mereka menerima hasul ujian artinya yang dikirimkan melalui pos sehingga mereka memutuskan untuk mengunjungi Crhis di Atlanta. Ketika tiba di apartemennya, mereka mendapatkan tempat itu sudah kosong dan sebuah pesan DISEWAKAN menempel di jelanda kamar. Manajer di tempat itu mengatakan bahwa Crhis sudah pindah sejak akhir Juni. Walt dan Billie kembali ke ruamh dan mendapati bahwa semua surat yang mereka kirimkan kepada putra mereka sepanjang musim panas tahun itu dan dikembalikan secara sekaligus. “Chris meminta kepada pihak Kantor Pos untuk menahan semua surat itu sampai 1 Augutus, itu sebabnya kami tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Kata Billie. “Semua itu membuat kami sangat cemas.”

Saat itu, Chris sudah lama pergi. Lima minggu sebelumnya dia memasukkan semua harta miliknya ke dalam mobil kecilnya dan berjalan ke barat tanpa rencana perjalanan. Perjalanan itu akan menjadi sebuah arti petualangan heroik yang bisa mengubah segalanya. Dia sudah menghabiskan empat tahun, itulah yang dia rasakan untuk memenuhi sebuah tugas yang tidak akaldan sangat menekan: lulus dari akademi. Akhirnya, dia bisa terlepas dan beban berat itu, terbebas dari dunia orangtua dan teman-teman sebayanya yang sangat menyesakkan, sebuah dunia yang tidak nyata, yang aman, dan secara materi yang sangat berlebihan, sebuah dunia yang membuat dia secara menyedihkan dari denyut pengaruh.

Saat mengemudikan mobilnya ke arah Barat Atlanta, dia bermaksud menciptakan sebuah kehidupan yang benar-benar baru baginya dirinya, sebuah kehidupan yang memberikan kebebasnya untuk berkubang dalam pengalaman yang belum tersaring. Sebagai simbol keterpisahan mutlak dari kehidupan masa lampaunya, dia bahkan memakai sebuah nama baru. Dia tidak mau menjawab lagi jika dipanggil Chris McCandless; sekarang namanya Alexander si Petuangan Super, majikan bagi nasibnya sendiri.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home